Terungkap! Ini Alasan Babi Ngepet Dan Tuyul Ogah Ambil Uang Di Bank

Sedang Trending 4 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Mistis alias takhayul cukup dekat dan dipercaya oleh masyarakat Indonesia. Misalnya saja mendapatkan kekayaan secara instan melalui makhluk lembut seperti tuyul dan babi ngepet. Kedua sosok astral ini sering kali digambarkan sebagai "alat" nan digunakan oleh pemiliknya untuk mencuri uang, terutama dari rumah ke rumah.

Namun, pernahkah terpikir kenapa tuyul dan babi ngepet tidak mencuri di bank? Atau minimal melakukan pencurian atas saldo e-money?

Jawaban atas pertanyaan tersebut tentu beragam. Dan biasanya kembali lagi pada jawaban mistis. Hal ini memang enak-enak sebagai cerita, tapi getir sebagai fakta.

Lalu, gimana penjelasan logis di kembali kejadian itu?

Sebenarnya, tuyul dan babi ngepet tercipta dari kecemburuan sosial masyarakat era dahulu, khususnya di kalangan petani. Para petani awalnya hidup dalam kondisi biasa-biasa saja. Namun, liberalisasi ekonomi pada 1870 mengubah kondisi itu.

Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks dalam Ekonomi Indonesia 1800-2010 (2012) menyebut, liberalisasi ekonomi dinilai melahirkan rezim kolonial baru nan di dalamnya terjadi pengambilalihan perkebunan rakyat untuk diubah menjadi perkebunan besar dan pabrik gula.

Situasi ini kemudian membikin kehidupan masyarakat terpuruk, khususnya para petani mini di Jawa nan semakin terperosok ke dalam lembah kemiskinan. Sebab, mereka tak lagi mempunyai kuasa atas lahan perkebunan.

Di sisi lain ada juga masyarakat nan sejahtera dari sistem ini. Mereka adalah pedagang, baik dari kalangan pribumi alias Tionghoa, nan dalam sekejap menjadi orang kaya baru. Kenaikan pesat kekayaan mereka lantas menimbulkan keheranan bagi para petani nan kian melarat itu.

Para petani bingung dari mana asal-usul kekayaan mereka. Bagi mereka, proses pemupukan kekayaan kudu dibuktikan dan terlihat, seperti misalkan memandang kerja kerasnya alias proses saat bertani. Sayang, mereka tak memandang itu pada orang kaya baru. Alhasil, timbul rasa iri dan kecemburuan oleh petani ke pedagang lantaran bisa mendapat kekayaan sebanyak itu.

Masyarakat nan kental dengan pandangan mistik membikin para petani memandang pencurian itu adalah kerja sama antara orang kaya dan makhluk supranatural dan kasat mata, seperti tuyul dan babi ngepet. Singkatnya, para petani nan iri selalu menuduh orang kaya baru menggunakan langkah haram dalam memperoleh kekayaan.

Akibat tuduhan ini, Ong Hok Ham dalam Dari Soal Priayi sampai Nyi Blorong (2002) menyebutkan, para pedagang dan pengusaha sukses kehilangan status di masyarakat. Mereka dianggap "hina" lantaran memupuk kekayaan dari langkah haram, ialah berkawan dengan setan.

Tuduhan tak berdasar ini membikin ketenaran tokoh tuyul dan babi ngepet sebagai subjek misterius mengenai kekayaan semakin meningkat dan terus terkenal sampai saat ini di Indonesia.

Tarik Perhatian Peneliti Asing

Fenomena tuyul pernah juga jadi sorotan Clifford Geertz, antropolog nan menggarap karya fenomenal The Religion of Java (1976). Dalam pengamatannya, Geertz cerita bahwa memang betul ada orang memelihara tuyul dan biasanya mereka melakukan perjanjian dengan roh di tempat-tempat keramat.

Berikut pula ciri-ciri orang nan memelihara tuyul:

1. Kaya raya alias menjadi kaya secara mendadak

2. Kikir

3. Sering menggunakan busana bekas

4. Sering mandi di sungai berbareng para kuli miskin

5. Selalu menyantap makanan orang miskin, seperti jagung dan singkong, daripada nasi

Biasanya, pemelihara tuyul melakukan itu untuk mengelabui orang-orang agar dianggap tidak punya uang, padahal di rumahnya selalu penuh dengan emas batangan.

Namun, lantaran dua sosok ini hanya sebatas sebagai realitas kepercayaan di masyarakat, tentu susah dikaitkan dengan kebenaran sebenarnya, apalagi bisa mencuri sesuatu di bank.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG & Rupiah Beda Arah, BI Tahan Suku Bunga Acuan

Next Article Kenapa Tuyul & Babi Ngepet Tak Curi Uang di Bank? Ini Jawabannya

Selengkapnya