ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Seorang peneliti sekaligus pengasuhan anak dan advokat kesehatan emosional anak Reem Raouda mengatakan ada kalimat nan sebenarnya berakibat jangka panjang jika sering dilontarkan kepada anak. Kalimat 'kamu nggak apa-apa kok' alias 'you're okay' ini kata Raouda mungkin berkarakter menenangkan, tetapi bisa jelek jika terus menerus diucapkan oleh orang tua.
"Saya telah mempelajari lebih dari 200 anak-dan saya telah memandang frasa nan bermaksud baik dan terlalu sering digunakan ini malah menyebabkan kerusakan jangka panjang dengan langkah nan tidak pernah disadari oleh kebanyakan orang tua," kata Raouda, seperti dikutip CNBC Make It, Senin (28/4/2025).
Ketika seorang anak tampak jengkel dan mendengar ucapan "kamu baik-baik saja", alias "kamu nggak apa-apa", perihal itu mengirimkan pesan nan membingungkan: Apa nan saya rasakan pasti tidak nyata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seiring berjalannya waktu, perihal ini bakal memutus hubungan mereka dengan bumi emosional jiwa mereka dan mengajarkan anak untuk tidak memercayai hatikecil mereka sendiri.
Selain itu, kalimat tersebut bisa diartikan sebagai pengabaian terhadap emosi anak. Mengajarkan mereka bahwa kenyamanan hanya tersedia ketika anak merasa tenang dan nyaman.
"Tanpa disadari, frasa seperti "kamu baik-baik saja," "berhenti menangis," alias "jangan takut" mengondisikan anak-anak untuk percaya bahwa mereka kudu menekan emosi mereka agar tetap diterima. Dan ketika cinta terasa bersyarat, keamanan emosional, fondasi kesehatan mental, mulai terurai," ucap Raouda.
Anak-anak, kata dia, tidak butuh perbaikan. Mereka butuh merasakan. Hal nan lebih penting, mereka perlu tahu bahwa merasa aman, terutama dengan orang tua.
Berikut ini adalah pengganti efektif nan memvalidasi bumi jiwa mereka dan membangun kekuatan emosional:
"Aku percaya padamu."
"Perasaanmu masuk akal."
"Aku di sini bersamamu."
"Kamu tidak kudu baik-baik saja sekarang."
"Aku memandang apa nan terjadi. Bagaimana perasaanmu?"
"Frasa-frasa ini lebih dari sekadar menenangkan. Mereka menguatkan. Mereka mengajarkan anak Anda: Emosiku penting. Aku bisa percaya diri. Aku tidak sendirian," tandasnya.
(kna/kna)