Suku Bunga Deposito Bank Digital Tiba-tiba Kompak Naik, Ada Apa?

Sedang Trending 3 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Sejumlah bank digital terpantau meningkatkan suku kembang depositonya di saat suku kembang referensi tetap tinggi. Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) telah menahan suku kembang referensi di 5,75% sejak Februari 2025.

Di antaranya, PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) nan semula maksimal 6,5%, naik menjadi maksimal 7,5% per tahun untuk segmen retail dengan tiering. Begitu pula dengan LINE BANK nan naik jadi maksimal 7,5% per tahun dari sebelumnya 7% per tahun.

Penawaran kembang tertinggi diberikan oleh PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) nan mengerek menjadi maksimal 9% per tahun dari sebelumnya maksimal 7% per tahun.

Perlu diingat juga bahwa LPS tidak bakal menjamin sebuah simpanan nan mempunyai suku kembang penjaminan di atas tingkat kembang penjaminan (TBP). Adapun tingkat kembang penjaminan untuk bank umum adalah 4,25% dan kurs asing 2,25%.

Menurut pengamat perbankan Moch. Amin Nurdin, saat ini perbankan susah mendapatkan biaya mahal. Maka demikian, mereka lebih bersaing untuk mendapatkan biaya murah alias current account saving account (CASA).

"Nah ini menjadi agak sinkron jika buat saya, unik untuk bank digital ya, lantaran jika bank digital ini mereka memang melempar angsuran dengan kembang nan cukup tinggi. Jadi jika mereka tetap berupaya untuk mendapatkan biaya pihak ketiga dengan langkah memberikan kembang nan cukup tinggi itu tetap cukup beralasan," terang Amin.

Amin menilai persaingan merebut biaya murahbagi bank-bank digital sangat berat, dan mereka "harus berani melakukan extra effort."

Senada, Direktur Utama Allo Bank, Indra Utoyo mengatakan bahwa peningkatan suku kembang tersebut dibutuhkan untuk menarik biaya pihak ketiga (DPK) nan kian sengit.

"Strategi tersebut dibutuhkan untuk menarik DPK di tengah persaingan nan cukup ketat di pasar nan diperkirakan bakal tetap selama tidak ada perubahan pada suku kembang acuan," ujar Indra saat dihubungi detikai.com, Kamis (24/4/2025).

Ia memperkirakan biaya pendanaan alias cost of fund bakal naik mengikuti kebijakan suku kembang tinggi. Namun demikian, Indra mengatakan Allo Bank tetap mempunyai ruang terhadap kenaikan cost of fund.

Sementara itu, beberapa bank digital juga tetap mempertahankan tingkat kembang simpanan maksimal per tahun, melebehi TBP LPS. Seperti PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) alias BNC nan mempertahankan kembang simpanan maksimal 8% per tahun pada produk Deposito WOW.

"Kami tawarkan kembang 8% untuk pengguna setia bank nan menempatkan simpanan selama 12 bulan/1 tahun. Ada peer bank memang menawarkan lebih tinggi dari 8%," kata Corporate Strategy Head BNC, Novian Fitriawan saat dihubungi detikai.com, Kamis (24/4/2025).

Ia mengatakan BNC berupaya menjawab tantangan penawaran kembang simpanan bank digital lain nan lebih tinggi dengan terus membikin aplikasi Neobank lebih relevan dan komplit bagi nasabah. Novian mengatakan, pihaknya tidak semata menawarkan suku kembang tinggi.

Ia menjelaskan bahwa bank milik Akulaku itu juga terus berupaya menurunkan cost of fund di tingkat nan kompetitif di tahun ini. Menurut Novian, tetap ada ruang untuk menurunkan biaya pendanaan bank digital tersebut.

Bank digital milik BRI, PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) juga tetap mempertahankan kembang simpanan maksimal hingga 6% per tahun. Direktur Keuangan Bank Raya, Rustarti Suri Pertiwi mengatakan pihaknya menentukan tingkat kembang secara berkala dengan pertimbangan suku kembang simpanannya. Itu mempertimbangkan kondisi likuiditas Bank Raya maupun industri serta suku kembang nan diterapkan oleh peers.

Rustarti mengatakan pihaknya mengutamakan produk digital saving di Raya App sebagai champion product dalam rangka mendorong pertumbuhan produk biaya murah. Perkembangan digital saving Bank Raya tercatat cukup baik pada Desember 2025, tumbuh 57.2% yoy mencapai Rp1,32 triliun.

"Terkait dengan trend cost of fund ke depan, Bank Raya tetap memandang potensi penyesuaian pada suku kembang simpanan, termasuk deposito, nan bakal berpengaruh pada besaran cost of fund. Hal ini sejalan dengan kebijakan nan diambil BI mengenai penentuan BI7DRR maupun Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial nan bakal membantu likuiditas industry secara umum, sehingga dapat mendorong penurunan suku kembang simpanan industry perbankan secara umum," jelas Rustarti.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Mana lebih Profit, Investasi di Obligasi, Deposito Vs Emas?

Next Article Deposito Turun 3 Bulan Beruntun! Pengamat & Bankir Ungkap Penyebabnya

Selengkapnya