ARTICLE AD BOX
Surabaya, detikai.com --
Seorang anak di Surabaya, BAI (11) menjadi korban dugaan kekerasan dari orang dewasa berinisial BAZ (33), saat mengikuti turnamen futsal di SMP Labschool Unesa. Ia dibanting hingga tulang ekornya retak.
BAI menceritakan, peristiwa tersebut terjadi saat dia memperkuat tim futsal sekolahnya ialah MI Al-Hidayah nan sedang bertanding melawan tim futsal SDN Simolawang, di laga semifinal turnamen tersebut, Minggu (27/4). Pelaku BAZ merupakan pembimbing alias pembimbing tim lawan.
Saat itu, BAI mengaku sedang melakukan selebrasi kemenangan timnya berbareng teman-temannya nan lain. Namun tiba-tiba, seorang laki-laki berinisial BAZ nan berkemeja dan bertopi warna hitam menariknya dari belakang, kemudian membantingnya ke tanah. Peristiwa itu terekam dan beredar di media sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu, pas selebrasi, terus ditarik dari belakang [oleh BAZ]," kata BAI ditemui di Mapolrestabes Surabaya, Senin (28/4).
Padahal menurutnya, selama timnya dan tim musuh bermain, pertandingan melangkah dengan lancar dan kondusif. Karena itu, BAI pun mengaku tak tahu apa argumen dia dibanting.
"Nggak tahu [alasan BAZ membanting]," ucapnya.
Usai kejadian, BAZ dan panitia sempat membawanya ke rumah sakit untuk pertolongan medis pertama. Namun saat itu BAI mengaku belum merasakan sakit apapun di tubuhnya.
Baru setelahnya, kata dia, saat orang tuanya kembali memeriksakan kondisinya ke dokter, BAI kemudian merasakan sakit di bagian tulang ekornya.
"Nggak kerasa apa-apa. Terus pas lenyap rontgen itu baru kerasa," kata dia.
Ayah BAI, Bambang Sri Mahendra mengaku menyayangkan tindakan kekerasan nan dilakukan BAZ, terhadap anaknya. Padahal pelaku merupakan orang dewasa, sedangkan anaknya tetap bocah.
"Tapi nan saya sayangkan, dan kami tidak tahu motifnya apa. Setelah pertandingan itu selesai, kok malah terjadi persoalan kekerasan terhadap anak saya," kata Bambang.
Kakak BAI nan saat itu menemani adiknya bertanding, sempat mempertanyakan apa motif BAZ sampai membanting adiknya. Namun, Bambang mengaku tetap tak bisa menerima argumen itu lantaran menurutnya tak rasional.
"Ya, dalihnya mereka adalah melerai. Padahal kondisi perseorangan itu kan tidak ada pertengkaran sama sekali. Ya, ini kan dalih nan tidak rasional. Ya, silakan sajalah mereka membikin dalih apapun, itu kewenangan mereka," ucapnya.
"Namun pada prinsipnya tidak sepatutnya lah seorang pembimbing di saat timnya sudah kalah, kok seperti itu. Saya percaya motifnya bukan itu. Ya, motifnya mungkin tidak menerima kekalahan itu," tambahnya.
Akibat kekerasan itu, Bambang mengatakan, anaknya didiagnosis mengalami retak tulang ekor. Dokter juga melarang BAI untuk melakukan aktivitas olahraga selama lima sampai enam bulan.
"Ini setelah di-rontgen, info nan kami terima dari dokter. Itu terjadi keretakan tulang ekor. Sehingga anak ini tidak boleh bermain olahraga lagi nan keras-keras lah istilahnya dan disuruh rehat ya, antara 5 sampai 6 bulan lah. Sampai penyembuhan," tuturnya.
Kini, lantaran tak ada itikad baik dari BAZ, pihak BAI dan orang tuanya pun melaporkan orang nan diduga merupakan pembimbing alias pembimbing futsal SDN Simolawang tersebut ke Polrestabes Surabaya.
"Laporannya, Pasal 80 Undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak, kekerasan anak. Itu nan dipakai dasar sama interogator untuk menjawab laporan kami," ujar Bambang.
Kasi Humas Polrestabes Surabaya, AKP Rina Shanty Dewi Nainggolan membenarkan pihaknya menerima laporan dugaan kekerasan terhadap anak itu. Laporan itu teregistrasi dengan Nomor LP/B/389/IV/2025/SPKT/POLRESTABES SURABAYA/POLDA JAWA TIMUR.
"Laporannya tadi malam, pukul 22.30 WIB. Masih proses penyelidikan," ujar Rina, ketika dikonfirmasi.
(frd/sfr)