Sosok 6 Konglomerat Raja Tambang Batu Bara Di Indonesia

Sedang Trending 3 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX
Daftar Isi

Jakarta, detikai.com - Bisnis tambang batu bara merupakan sektor nan menggiurkan dan mendatangkan untung tinggi. Sejumlah orang terkaya Indonesia mempunyai kekayaan "unlimited" dari upaya tersebut.

Berikut raja tambang RI nan dirangkum oleh detikai.com:


Low Tuck Kwong

Dato' Low Tuck merupakan seorang pengusaha Indonesia sekaligus pemilik PT Bayan Resources Tbk (BYAN), salah satu perusahaan nan bergerak di sektor tambang batu bara. BYAN merupakan emiten batu bara dengan kapitalisasi terbesar di bursa domestik.

Forbes mencatat Low saat ini mempunyai kekayaan US$ 26,7 miliar. Dia tercatat sebagai orang terkaya ke-3 di Indonesia di bawah family Hartono dan Prajogo Pangestu.

Keluarga Widjaja

Keluarga nan dikepalai oleh mendiang Eka Tjipta Widjaja itu menguasai Sinar Mas Group, salah satu konglomerat masa Orde Baru. Grup Sinar Mas mempunyai PT Dian Swastika Sentosa Tbk. (DSSA) nan bergerak di bagian daya dan infrastruktur.

Anak perusahaan DSSA, PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) dan Golden Energy and Resources Ltd. (GEAR) menjadi penyumbang batu bara. GEAR tidak hanya mempunyai tambang di Indonesia, tetapi juga mengakuisisi aset tambang di Australia, ialah Stanmore Coal. Putra dari Eka, Franky Oesman Widjaja menjadi Komisaris Utama DSSA.

Adapun kekayaan family Widjaja mencapai US$10,8 miliar alias setara dengan Rp 168,3 triliun.

Garibaldi Thohir

Kakak Menteri BUMN Erick Thohir ini berbareng Theodore Permadi Rachmat namalain Teddy Rachmat dan Edwin Soeryadjaya mendirikan emiten raksasa PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), nan ketika pertama kali melantai di bursa tahun 2008 silam sukses memperoleh biaya IPO terbesar sepanjang sejarah nan baru-baru ini rekornya dipecahkan oleh Bukalapak.

Lokasi penambangan Adaro tersebar di Pulau Sumatra dan Kalimantan, selain itu terdapat juga situs penambangan berlokasi di Australia nan baru diakuisisi tahun 2018 lalu. Beberapa perusahaan pertambangan di bawah Adaro Group antara lain PT Mustika Indah Permai (MIP), PT Bukit Enim Energi (BEE), Adaro Metcoal Companies (AMC), PT Bhakti Energi Persada (BEP) dan banyak lagi.

Akhir 2022, Forbes menempatkan laki-laki nan berkawan disapa Boy ini pada urutan ke-15 pada daftar Indonesia's 50 Richest dengan nilai kekayaan sebesar US$ 3,45 miliar alias setara dengan Rp 54,01 triliun. Kemudian pada 2023, kekayaan kekayaannya tercatat sebesar US$ 3,3 miliar alias Rp 51,29 triliun dan menjadikannya sebagai orang terkaya ke-17.

Kiki Barki

Kiki Barki merupakan pendiri emiten pertambangan batubara, PT Harum Energi Tbk. (HRUM) pada tahun 1995 dan perusahaannya listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) di tahun 2010. Kiki Barki menguasai 79,79% saham HRUM, nan berdiri sejak 1995.

Selain Harum Energy, Kiki juga mempunyai tambang batubara milik swasta, Tanito Harum. Saat ini, putra sulungnya, Lawrence Barki, menjalankan Harum sebagai presiden komisaris sementara putra bungsunya, Steven Scott Barki, menjadi komisaris.

Pada 2022, Forbes mencatat nilai kekayaan bersih Kiki sebesar US$ 1,9 miliar alias setara dengan Rp 29,6 triliun. Tahun lampau US$ 1,41 miliar alias Rp 21,92 triliun dan menempatkan dirinya sebagai orang terkaya ke-33.

Edwin Soeryadjaya

Tjia Han Pun namalain Edwin Soeryadjaya terlahir pada 17 Juli 1949 setelah kedua orangtuanya kembali dari Negeri Belanda. Ketika kelahirannya, perang Indonesia-Belanda perlahan mereda. Ketika itu, ayahnya William Soeryadjaya tetap merintis bisnisnya, membangun Astra.

Sekitar 1997-1998 Edwin berbareng Sandiaga Uno mendirikan perusahaan finansial PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG). Dimana dia menjadi pemimpin tertinggi perusahaan itu setelah Indonesia dilanda krisis moneter. Saratoga termasuk perusahaan finansial nan kemudian berkembang.

Setelah tahun 2000 pertambangan batu bara menggeliat di Indonesia. Edwin Soeryadjaya pun belakangan masuk ke dalam upaya ini. Seperti sepupunya nan pernah aktif di Astra juga, Teddy Rachmat nan terlibat dalam pendirian perusahaan batubara Pama Persada.

Pada 2022, Forbes mencatat kekayaan Edwin senilai US$ 1,8 miliar alias setara dengan Rp 28,05 triliun. Kemudian pada 2023, Edwin tercatat sebagai orang terkaya ke-39 dengan kekayaan US$ 1,24 miliar alias setara Rp 19,27 triliun.

TP Rachmat

Theodore Permadi Rachmat, nan dikenal juga sebagai Teddy, mendirikan grup Triputra pada tahun 1998; sekarang mempunyai empat lini bisnis, antara lain agribisnis, manufaktur, pertambangan, dan logistik.

Memulai karir di grup otomotif Astra International, didirikan oleh pamannya William Soeryadjaya, pada tahun 1968 hingga akhirnya menjadi CEO, sebelum keluar dan membangun grup upaya sendiri.

Selain melalui Grup Triputra, TP Rachmat juga mempunyai kepemilikan minoritas atas nama pribadi di beberapa emiten lain. Seperti kepemilikan saham minoritas di PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) (dahulu PT Adaro Energy Indonesia Tbk.) salah satu perusahaan tambang terbesar di dunia. Forbes mencatat kekayaannya saat ini mencapai US$3,1 miliar


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Konglomerat Kumpul di BEI, Bahas Nasib IHSG

Next Article Konglomerat Gautam Adani Buka Suara Soal Tuduhan Korupsi Rp 4,2 T

Selengkapnya