Sby Kenang Gagal Jadi Wapres Dampingi Megawati: Kalah Itu Indah

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX
  • Berita

  • Politik

Minggu, 23 Februari 2025 - 20:22 WIB

Jakarta, detikai.com – Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, mengenang pengalaman saat dirinya kalah dalam pemilihan Wakil Presiden yang digelar MPR RI Pada 2001 lalu. Saat itu MPR mengadakan Pilwapres untuk mendampingi Megawati Soekarnoputri nan menjadi Presiden menggantikan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. 

Pada tahun itu, belum ada pemilihan langsung, tetap melalui MPR RI. Pemilu langsung baru digelar pertama kali ada 2004. Saat itu Hamzah Haz nan menang dan menjadi Wakil Presiden mendampingi Megawati.

"Kalah dalam pemilihan Wakil Presiden nan dipilih oleh MPR RI, saya kalah, saya pernah kalah," kata SBY saat memberikan pengarahan di depan 38 Ketua DPD Partai Demokrat se-Indonesia di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Minggu, 23 Februari 2025.

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat memberikan pengarahan ke 38 Ketua DPD Partai Demokrat (sumber: tangkapan layar YouTube Partai Demokrat)

Photo :

  • detikai.com.co.id/Yeni Lestari

"Dan kalah itu bagus jika kita dengan tulus menerima kekalahan itu kemudian berjuang dengan ikhlas, menerima kekalahan itu kemudian berjuang lagi dengan tekad nan bulat, ikhtiar nan cerdas, sembari memohon pertolongan Allah SWT Tuhan nan maha kuasa," sambungnya. 

Kekalahannya dalam Pilwapres itu, dikatakan SBY, menjadi awal mula perjalanan dirinya membentuk Partai Demokrat. Adapun dorongan membentuk Partai Demokrat itu diakui SBY datang dari Ventje Rumangkang.

“Yang intinya (Ventje mengatakan) ‘Bapak, kenapa kita tidak mendirikan partai politik, lantaran kemarin Pak SBY kalah dalam pemilihan wakil presiden nan dipilih oleh MPR RI, saya kalah, saya pernah kalah dan kalah itu indah,” jelas Presiden RI ke-6 (2004-2009 dan 2009-2014) itu.

“Saya tetap belum tergerak, tetapi Ventje Rumangkang (mengatakan) ‘tolong Bapak pertimbangkan pak, ini kan sarana perjuangan dalam kerakyatan kan mesti ada partai politik,” sambung dia.

Namun, saat itu SBY tetap belum tergerak sampai akhirnya berkonsultasi dengan almarhumah sang istri, Ani Yudhoyono. Saat itu, Ani meminta SBY untuk berpikir secara matang mengenai keputusan mendirikan partai. 

"Akhirnya bismillah saya setuju dan sejak saat itu, kami hanya bertiga, kadang-kadang berdua, saya dengan Ibu Ani, mulai memikirkan partai ini. Di meja sebelah, itu lah obrolan kami, setelah saya pertimbangkan, partai kita kelak bakal kita namakan Partai Demokrat," pungkas SBY.

Halaman Selanjutnya

“Saya tetap belum tergerak, tetapi Ventje Rumangkang (mengatakan) ‘tolong Bapak pertimbangkan pak, ini kan sarana perjuangan dalam kerakyatan kan mesti ada partai politik,” sambung dia.

Halaman Selanjutnya

Selengkapnya