ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Rupiah sukses melawan dolar Amerika Serikat (AS) dengan ditutup sumringah pada perdagangan akhir perdagangan hari ini. Indeks dolar AS pun berada di level negatif dan mendekati level terendah dalam beberapa minggu lantaran info indeks nilai produsen (PPI) nan optimis serta kekhawatiran tarif nan memudar.
Dilansir dari Refinitiv pada penutupan perdagangan Jumat (15/2/2025), rupiah ditutup menguat 0,58% terhadap dolar AS, pada posisi Rp16.255/US$1. Penutupan tersebut sukses membikin rupiah meninggalkan level Rp16.300 dan menjadi penguatan selama tiga hari beruntun.
Dari sisi DXY, pada perdagangan Jumat (15/2/2025) hingga pukul 15.00 WIB, indeks dolar AS melemah 0,28% di level 106,92.
Indeks dolar AS jatuh mendekati level terendah dalam beberapa minggu usai Indeks Harga Produsen (PPI) mengalai kenaikan alias inflasi sebesar 0,4% secara bulanan (month to month/mtm) pada Januari 2025. Inflasi lebih rendah dari Desember nan tercatat 0,3% tetapi di atas ekspektasi pasar ialah 0,3%.
Secara tahunan (yoy), inflasi PPI menembus 3,5% pada Januari 2025. Angka ini jauh di atas ekspektasi pasar takni 3,2% dann tetap bergerak pada level tertinggi sejak Februari 2023.
Inflasi inti PPI tercatat 3,6% pada Januari 2025, lebih rendah dari Desember (3,7%). Namun, angkanya jauh di atas ekspektasi pasar ialah 3,3%.
Kemudian, Jumlah penduduk Amerika nan mengusulkan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran menurun pada minggu lalu, menunjukkan pasar tenaga kerja tetap stabil di awal Februari.
Klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara tersebut turun 7.000 menjadi 213.000 nan disesuaikan secara musiman untuk minggu nan berhujung 8 Februari, Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada hari Kamis. Ekonom nan disurvei oleh Reuters telah memperkirakan 215.000 klaim untuk minggu terakhir.
Gaji nonpertanian meningkat sebesar 143.000 pekerjaan pada bulan Januari, sementara tingkat pengangguran berada pada 4,0%. Dan jumlah orang nan menerima tunjangan untuk klaim pengangguran berkelanjutan, turun 36.000 menjadi 1,850 juta nan disesuaikan secara musiman selama minggu nan berhujung pada tanggal 1 Februari, menurut laporan klaim.
Selain itu berita terbaru, Presiden Donald Trump memerintahkan pemerintahannya untuk mempertimbangkan penerapan tarif timbal kembali alias resiprokal pada banyak mitra perdagangan. Trump menganggap sistem tarif saat ini tidak setara bagi AS.
Pada Kamis (13/2/2025), Trump menandatangani memorandum presiden nan merinci rencana besarnya untuk memberlakukan tarif resiprokal alias imbal kembali kepada mitra-mitra jual beli AS.
Perintah ini bakal mengarahkan Perwakilan Perdagangan AS dan Menteri Perdagangan untuk mengusulkan bea masuk baru secara per negara sebagai upaya untuk menyeimbangkan kembali hubungan perdagangan.
Proses ini diperkirakan bisa menyantap waktu berminggu-minggu alias berbulan-bulan untuk diselesaikan. Howard Lutnick, calon Menteri Departemen Perdagangan, mengatakan kepada wartawan bahwa semua studi kudu selesai pada 1 April dan Trump bisa bertindak segera setelahnya.
Presiden mengatakan AS bakal memperlakukan kebijakan non-tarif negara lain sebagai praktik perdagangan nan tidak setara nan memerlukan tarif sebagai respons.
Kebijakan itu termasuk pajak pertambahan nilai (PPN), alias VAT, dan praktik lain nan dianggap oleh instansi Perwakilan Perdagangan AS sebagai pembatasan perdagangan nan tidak adil.
Trump mengatakan bahwa negara-negara lain tidak bakal diizinkan untuk mengirimkan peralatan alias peralatan lainnya ke AS melalui negara lain. Dia juga menyarankan bahwa tarif tambahan, termasuk pada impor mobil, bakal segera diberlakukan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(saw/saw)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Jelang Akhir Pekan, Rupiah Menguat ke Rp 16.270 per Dolar AS
Next Article Rupiah Kembali Tertekan, Dolar AS Naik ke Rp 15.505