ARTICLE AD BOX
detikai.com
Senin, 17 Mar 2025 12:51 WIB

Jakarta, detikai.com --
Anggota Parlemen Eropa asal Prancis Raphael Glucksmann mendesak Amerika Serikat mengembalikan Patung Liberty gegara kebijakan Presiden Donald Trump belakangan berseberangan dengan nilai-nilai monumen tersebut.
Dalam konvensi partai Place Publique pada Minggu (16/3), Glucksmann mengatakan kebijakan nan diambil pemerintahan Trump saat ini bertentangan dengan nilai-nilai esensial Patung Liberty.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Patung Liberty dirancang oleh pematung Prancis Frederic Auguste Bartholdi dan dibangun oleh Gustave Eiffel. Patung ini dihadiahkan kepada AS untuk memperingati 100 tahun kemerdekaan AS.
Patung setinggi 93 meter itu mempunyai makna simbolis seiring waktu, ialah sebagai simbol kebebasan dan mercusuar bagi imigran nan mencari kehidupan nan lebih baik.
Dalam pidatonya, Glucksmann menyatakan bahwa nilai-nilai nan terkandung dalam patung ini tak lagi tercermin dalam kebijakan AS beberapa waktu terakhir. Ia dengan tegas menyatakan ketidaksetujuannya terhadap kebijakan-kebijakan Trump, termasuk mengenai pendekatan AS menyetop perang Rusia vs Ukraina.
"Kami bakal mengatakan kepada orang Amerika nan telah memilih untuk berpihak kepada tiran, kepada orang Amerika nan memecat para peneliti lantaran menuntut kebebasan ilmiah: Kembalikan Patung Liberty," serunya, seperti dikutip Russia Today.
"Kami memberikannya kepada kalian sebagai hadiah, tapi rupanya kalian membencinya. Jadi patung itu bakal baik-baik saja di sini, di rumahnya," lanjut dia.
Sejak dilantik pada 20 Januari lalu, Trump memang mencetuskan serangkaian kebijakan kontroversial, mulai dari merombak lembaga-lembaga pemerintah nan diklaim royal anggaran hingga menyetop support luar negeri.
Trump juga 'menyerang' institusi-institusi pemerintah nan menerapkan kebijakan keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (diversity, equity, and inclusion/DEI), sebuah program nan bermaksud mendorong perlakuan setara terhadap semua orang di AS terutama bagi kelompok-kelompok nan secara historis kurang terwakili alias mengalami diskriminasi lantaran identitas alias disabilitas mereka.
Selain itu, Trump juga menerapkan tindakan keras terhadap para imigran di AS. Dalam 50 hari pertamanya memerintah, dia sudah menangkap lebih dari 32 ribu imigran terlarangan nan 75 persen di antaranya dituduh pelaku kriminal.
(blq/bac)
[Gambas:Video CNN]