ARTICLE AD BOX
detikai.com, Jakarta Aplikasi dompet mata uang digital 'World App-Worldcoin Wallet', tengah menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat maupun media sosial di Indonesia. Hal ini karena, pihak aplikator menjanjikan hadiah duit bagi pengguna.
Pengguna diberi syarat cukup mudah, di mana mereka melakukan verifikasi pemindaian iris mata menggunakan perangkat unik berjulukan Orb pada beberapa letak nan ditentukan. Hasil pemindaian ini dikonversi menjadi kode unik terenkripsi nan kemudian digunakan untuk menciptakan identitas digital dunia berjulukan WorldID.
Terkait kontroversi tersebut, pihak kepolisian dalam perihal ini Kasubdit 4 Ditressiber Polda Metro Jaya AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon mengatakan, sejauh ini belum ada nan melaporkan secara resmi soal aktivitas tersebut.
Diketahui, iming-iming nan menggiurkan itu menuai minat masyarakat. Ratusan orang rela mengantre dari mentari terbit hingga larut malam dan sukarela memindai mata mereka dengan angan imbalan.
Pemandangan kerumunan masyarakat ini terlihat di depan letak instansi Worldcoin di Jalan Insinyur H. Juanda, Bekasi nan sekarang rupanya ditutup. Menurut keterangan penduduk setempat, instansi tersebut baru beraksi sejak Sabtu (26/4/2025) dan terakhir terlihat buka pada Sabtu (3/5/2025).
"Belum ada (laporan resmi)," kaya Herman saat dikonfirmasi, Selasa (6/5/2025).
Dia menerangkan, pihaknya tetap mengawasi rumor nan sedang ramai dibicarakan di media sosial tersebut. Hingga kini, belum dapat simpulkan pemindaian retina tersebut merupakan suatu tindak pidana alias bukan.
"Itu tetap kita lakukan pendalaman. Nanti perkembangannya jika kami sudah bisa ada progres baru kita lakukan press rilis. Kita belum bisa bilang itu sebagai perkara, kita belum tahu. Ini tetap jadi rumor di media sosial," ujar Herman.
Rela Mengantre
Ratusan orang rela mengantre dari mentari terbit hingga larut malam dan sukarela memindai mata mereka dengan angan imbalan.
Pemandangan kerumunan masyarakat ini terlihat di depan letak instansi Worldcoin di Jalan Insinyur H. Juanda, Bekasi nan sekarang rupanya ditutup. Menurut keterangan penduduk setempat, instansi tersebut baru beraksi sejak Sabtu (26/4/2025) dan terakhir terlihat buka pada Sabtu (3/5/2025).
Lia (21 tahun), penduduk nan ditemui di lokasi, membenarkan jika kedatangannya merupakan kedua kali. Kali ini dia mau mendaftarkan personil family mengikuti jejaknya untuk mendaftar.
Dia sendiri mengaku telah mendaftar di Jakarta, pekan lalu. Dari kesaksiannya menjelaskan proses pendaftaran World App ini terbilang mudah, hanya dengan mendatangi kantornya. Di lokasi kemudian diminta menunjukkan KTP ketika masuk ke lokasi.
Namun dia mengaku lupa penjelasan perihal apa tujuan kudu melakukan pemindaian mata. "Setelah pemindaian, kita bakal menerima sejumlah koin Worldcoin (WLD) nan dapat dicairkan menjadi rupiah melalui rekening bank atau ewallet," ujarnya kepada detikai.com.
Lia menjelaskan jumlah Worldcoin nan diterima setiap akun berbeda-beda. Ketika pertama kali melakukan scan mata, dirinya menerima sekitar 200 Worldcoin. Sementara di akun milik personil keluarganya nan lain nominal penerimaannya berbeda. Untuk diketahui, hasil dari konversi Worldcoin ke rupiah menggunakan kalkulator mata uang digital Coingecko. Terpantau nilai pada Senin sore (5/5/2025), per 1 WLD seharga Rp 15.407.
Selain mendapatkan Worldcoin ketika pertama kali mendaftar, Lia menunjukkan akunnya bakal menerima Worldcoin lagi di bulan depan, tetapi dengan nominal lebih kecil."Jadi, kita scan hanya awal-awal saja, kelak setiap bulan dapat lagi koinnya dan bisa ditarik lagi menjadi rupiah,” ungkapnya.
Ditutup Sementara
Selain di Bekasi, Kantor World di Bundaran Senayan juga terpantau tutup sementara. Penutupan instansi Worldcoin merupakan imbas laporan dari sejumlah masyarakat, menuduh ada aktivitas mencurigakan nan melibatkan perusahaan tersebut.
Kementerian Komunikasi dan Digital(Komdigi) akhirnya membekukan sementara TDPSE (Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik) atas jasa Worldcoin dan WorldID.
Sebagai informasi, Worldcoin didirikan oleh Sam Altman, Alex Blania, dan Max Novendstern nan keluar dari proyek tersebut pada Juli 2021. Sam Altman sendiri dikenal sebagai pendiri dan CEO OpenAI.
Perusahaan milik Sam Altman, Tools for Humanity, menjalankan project World nan menggunakan pemindai iris mata untuk membangun sistem identitas global.
Menurut Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi, Alexander Sabar, pembekuan izin Worldcoin dan WorldID berkarakter preventif untuk melindungi masyarakat dari potensi akibat dalam ruang digital.
"Pembekuan ini merupakan langkah preventif untuk mencegah potensi akibat terhadap masyarakat," ujarnya seperti dikutip dari siaran pers Komdigi.
Alexander menyebut, Komdigi juga bakal memanggil PT. Terang Bulan Abadi dan PT. Sandina Abadi Nusantara guna memberikan penjelasan atas dugaan pelanggaran terhadap izin penyelenggaraan sistem elektronik.
Untuk diketahui, dua perusahaan itu terindikasi berasosiasi dengan jasa Worldcoin. Hasil investigasi awal menujukkan PT. Terang Bulan Abadi belum terdaftar sebagai PSE (Penyelenggara Sistem Elektronik) dan tidak mempunyai TDPSE sebagaimana diwajibkan oleh regulasi.
Sementara, jasa Worldcoin terdeteksi menggunakan TDPSE nan terdaftar atas nama badan norma lain ialah PT. Sandina Abadi Nusantara.
"Ketidakpatuhan terhadap tanggungjawab pendaftaran dan penggunaan identitas badan norma lain untuk menjalankan jasa digital merupakan pelanggaran serius," Alexander menegaskan.
Ia menekankan bahwa pengawasan ruang digital dilakukan secara setara dan tegas demi menjaga keamanan ekosistem digital nasional.