ARTICLE AD BOX
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada awal perdagangan hari ini, Selasa (20/5/2025).
IHSG dibuka naik 0,32% alias menguat 23 poin ke level 7.164,15 Sebanyak 208 saham naik, 52 turun, dan 281 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 214 miliar pagi ini nan melibatkan 150 juta saham dalam 19.919 kali transaksi.
Sebelumnya, pasar saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Selasa, (20/5/2025) seiring perhatian penanammodal tertuju pada keputusan suku kembang Reserve Bank of Australia (RBA). Selain itu, penanammodal juga mencermati pencatatan saham produsen baterai terbesar dunia, Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL).
Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 0,81%, sedangkan Topix bertambah 0,7%. Di Korea Selatan, Kospi menguat 0,63% dan Kosdaq melonjak 1,13%.
Bursa Australia juga mencatatkan kenaikan, dengan indeks S&P/ASX 200 naik 0,75%. Sementara itu, perjanjian berjangka indeks Hang Seng tercatat di 23.378, sedikit lebih tinggi dari penutupan sebelumnya di 23.332,72.
Pelaku pasar hari ini bakal mempertimbangkan sejumlah sentimen, baik dari dalam negeri ataupun luar negeri. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia dan arsip dokumen KEM PPKF alias Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal untuk 2026 bakal menjadi penggerak sentimen hari ini.
Dari luar negeri, kebijakan suku kembang China serta pergerakan akibat pemangkasan rating angsuran AS bakal menjadi penggerak utama.
Kebijakan Suku Bunga Indonesia
Bank Indonesia (BI) juga bakal menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2025 nan berjalan pada Selasa dan Rabu pekan ini (20-21/5/2025). Salah satu nan paling ditunggu-tunggu pelaku pasar adalah soal keputusan suku kembang acuan.
Pelaku pasar menunggu apakah BI bakal memangkas suku kembang di tengah melambatnya perekonomian Indonesia.
Sebagai catatan, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,87% (year on year/yoy) pada kuartal I-2025, terendah sejak kuartal III-2021 saat era pandemi Covid-19.
Pelaku pasar saat ini tetap memandang BI menahan suku kembang di level 5,75%. Namun, ada potensi pemangkasan jika memandang kebutuhan untuk mendongkrak pertumbuhan.
Pada April lalu, BI memutuskan untuk menahan suku kembang referensi (BI-Rate) di level 5,75%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Keputusan ini mencerminkan komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai agar tetap berada dalam rentang sasaran inflasi 2,5% ±1% untuk tahun 2025 dan 2026, sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian dunia nan meningkat dan mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.
Selain suku kembang acuan, tingkat suku kembang akomodasi simpanan (deposit facility) dan akomodasi pinjaman (lending facility) juga tetap dipertahankan masing-masing pada level 5,00% dan 6,50%.
Bocoran APBN 2026
Pemerintah bakal menyerahkan arsip KEM PPKF alias Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal untuk 2026 dalam sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada Selasa (20/5/2025). Kebijakan fiskal ini sangat krusial untuk menjadi gambaran shopping prioritas pada tahun depan serta target-target pemerintah, mulai dari pertumbuhan hingga inflasi.
Dokumen ini bakal menjadi dasar dari penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan mengatakan jika penyusunan KEM-PPKF ini bakal merujuk pada tema utama nan selaras dengan visi pembangunan dalam Astacita.
Salah satu prioritas kebijakan ke depan adalah makan bergizi cuma-cuma untuk anak sekolah, penguatan koperasi melalui program Koperasi Merah Putih, serta investasi pada pengembangan human capital bakal menjadi bagian inti dari strategi fiskal tahun 2026.
Suku Bunga China
Pada hari ini Selasa (20/5/2025), bakal ada rilis suku kembang referensi di China untuk LPR (Loan Prime Rate) satu dan lima tahun.
Bank Sentral China (PBoC) dijadwalkan mengumumkan suku kembang referensi pinjaman (Loan Prime Rates/LPR) pekan depan, dengan ekspektasi penurunan sebesar 10 pedoman poin (bps). Saat ini, LPR 1 tahun, nan menjadi referensi sebagian besar pinjaman baru, berada di 3,10%, sedangkan LPR 5 tahun, nan digunakan sebagai referensi suku kembang hipotek, berada di 3,60%.
Prediksi penurunan ini tidak mengejutkan lantaran sebelumnya Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, telah mengumumkan langkah-langkah pelonggaran kebijakan besar-besaran awal bulan ini.
Lonjakan Imbal Hasil US Treasury
Imbal hasil US Treasury melonjak tajam usai Moody's Investors Service memangkas ranking angsuran pemerintah Amerika Serikat dari AAA menjadi AA1 pada Jumat (17/5/2025) waktu AS.
Penurunan ini menandai berakhirnya status "triple-A" dari Moody's, nan sebelumnya tetap memperkuat dibanding dua lembaga lainnya, Standard & Poor's dan Fitch Ratings.
Moody's menilai lonjakan beban utang dan meningkatnya biaya kembang sebagai penyebab utama koreksi peringkat.
"Penurunan satu tingkat ini mencerminkan tren jangka panjang peningkatan rasio utang dan pembayaran kembang ke level nan jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara dengan profil angsuran serupa," tulis Moody's dalam pernyataan resminya.
Dalam proyeksinya, Moody's memperkirakan bahwa rasio defisit anggaran terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) AS bakal meningkat dari 6,4% pada 2024 menjadi nyaris 9% pada 2035.
Kenaikan ini terutama dipicu oleh melonjaknya pembayaran kembang atas utang, shopping agunan sosial nan terus naik, serta proyeksi pendapatan negara nan relatif stagnan. Di sisi lain, rasio utang pemerintah terhadap PDB juga diproyeksikan meningkat tajam, dari 98% pada tahun ini menjadi sekitar 134% pada 2035'
Imbal hasil US Treasury AS tenor 10 tahun melonjak tajam menjadi 4,48% pada perdagangan kemarin dari sebelumnya 4,44%.
Sementara itu, imbal hasil US Treasury tenor 30 tahun sempat menyentuh 5% sebelum akhirnya kembali ke 4,94%.
Melonjaknya imbal hasil US treasury ini dikhawatirkan bakal berakibat juga terhadap imbal hasil SBN. Kondisi ini bisa memicu beban kembang utang pemerintah.
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: IHSG Melesat, Berhasil Sentuh Level 7.000
Next Article IHSG Gagal Lagi Balik ke 7.100, Sektor Ini Biang Keroknya