ARTICLE AD BOX
Jakarta -
CATATAN: Informasi ini tidak untuk menginspirasi siapapun bunuh diri. Jika Anda mempunyai pikiran untuk bunuh diri, segera mencari support dengan menghubungi psikolog alias psikiater terdekat. Jika Anda alias seseorang nan Anda kenal mengalami tanda peringatan bunuh diri, segera hubungi Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes Healing119.id.
Jepang mencatat jumlah bunuh diri pelajar mencapai rekor tertinggi. Hal ini menyoroti masalah kesehatan mental nan semakin dalam di kalangan remaja di sana, nan menurut para mahir tidak ditangani secara memadai.
Menurut info Kementerian Kesehatan Jepang, tercatat 529 kasus bunuh diri di kalangan siswa pada tahun 2024 nan mencakup siswa sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah ini melampaui rekor tertinggi sebelumnya ialah 514 kasus pada 2022. Peningkatan kasus pada tahun 2024 lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
Dikutip dari South China Morning Post, penyebab utama kasus bunuh diri di sana mengenai dengan stresor soal sekolah, seperti prestasi akademik nan buruk, bentrok dengan kawan sebaya, dan kekhawatiran atas prospek pekerjaan masa depan, nan disebutkan dalam lebih dari 51 persen kasus.
Masalah kesehatan, termasuk depresi, dilaporkan sebanyak 31 persen. Sementara masalah mengenai family sekitar 20 persen kasus.
Pada September 2024, Jepang mencatat jumlah bunuh diri tertinggi di kalangan pelajar. Ini bertepatan dengan berakhirnya liburan musim panas dan dimulainya semester kedua sekolah di Jepang, saat kekhawatiran kembali ke sekolah dapat meningkat.
Statistik resmi sebelumnya menunjukkan bahwa pada 1 September 2024, tingkat bunuh diri mencapai rekor tertinggi di antara orang nan usianya di bawah 18 tahun.
Berbagai organisasi telah meningkatkan kesadaran publik mengenai tantangan nan dihadapi pelajar di sekitar waktu tahun ini. Misalnya, lembaga penyiaran publik Jepang NHK menjalankan kampanye media sosial berjudul 'Pada Malam 31 Agustus' bagi para remaja.
Kegiatan ini dilakukan agar para remaja bisa mengungkapkan rasa frustrasi dan kekhawatiran mereka tentang kembali ke sekolah. Perpustakaan lokal juga menawarkan tempat berlindung bagi pelajar nan mungkin enggan untuk kembali ke sekolah.
Namun, para mahir mendesak pihak berkuasa untuk bertindak lebih banyak, khususnya dalam mengatasi tekanan nan dihadapi oleh anak muda.
Jepang merupakan satu-satunya negara G7 nan mencatatkan kasus bunuh diri sebagai penyebab utama kematian di kalangan remaja. Sebuah perbedaan nan menggarisbawahi urgensi untuk mengatasi tantangan kesehatan mental nan dihadapi anak muda di negara tersebut.
(sao/sao)