Kasus Covid-19 Naik, Warga Malaysia Ramai-ramai Pengin Vaksin Booster

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Praktisi kesehatan memandang minat baru terhadap vaksinasi dan booster untuk COVID-19, khususnya di antara populasi nan rentan. Hal ini terjadi di tengah lonjakan kasus COVID-19 nan mengkhawatirkan di negara-negara tetangga.

Dokter umum Dr Parmjit Singh mengatakan minat vaksinasi booster muncul kembali lantaran penduduk sangat waspada mengingat meningkatnya kasus jenis baru COVID-19 di Thailand dan Singapura.

"Sangat krusial bagi perseorangan nan memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksinasi terbaru guna mempertahankan perlindungan nan kuat, terutama terhadap jenis nan muncul," jelasnya nan dikutip dari The Straits Times.

Dr Parmjit menunjukkan bahwa meski situasi COVID-19 di Malaysia mungkin tampak stabil, tetapi virus itu belum sepenuhnya hilang.

"Warga Malaysia diimbau untuk menjaga kebersihan dengan baik, memakai masker di tempat nan ramai alias tertutup, dan mencari pertolongan medis jika muncul gejala," terang Dr Parmjit.

"Kesadaran publik nan berkepanjangan dan perilaku nan bertanggung jawab adalah kunci untuk mencegah lonjakan kasus lainnya. Varian baru dapat menyebar lintas pemisah melalui perjalanan dan hubungan masyarakat," sambungnya.

Salah satu orang nan masuk dalam golongan rentan lansia di Malaysia, B Premala (68), mengatakan telah divaksinasi dan juga menerima satu suntikan booster pada 2021. Tetapi, dia mengatakan tidak mau lagi menerima suntikan keempat.

"Saya berhati-hati dan memakai masker saat pergi ke tempat ramai. Saya sadar bahwa lantaran usia, saya rentan terhadap virus, tetapi saya tetap berhati-hati," ucapnya.

NEXT: Perkiraan penyebab kenaikan kasus COVID-19 di Malaysia

Perkiraan Penyebab Kenaikan Kasus COVID-19 di Malaysia

Dr Parmjit mengungkapkan salah satu perihal nan dikaitkan dengan peningkatan kasus COVID-19, ialah masalah cuaca. Tetapi, sampai saat ini tidak ada bukti pasti bahwa cuaca nan kering dapat meningkatkan lonjakan kasus COVID-19.

"Perubahan cuaca dapat mempengaruhi perilaku manusia. Orang mungkin menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan ber-AC selama musim panas dan kering, nan dapat meningkatkan akibat penularan virus," bebernya.

"Penyebaran virus berjuntai pada faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, cakupan vaksinasi, tindakan kesehatan masyarakat, dan perilaku individu," tegas Dr Parmjit.

Senada dengan Dr Parmjit, Ketua Komite Kesehatan Penang, Malaysia, Daniel Gooi mengatakan belum ada bukti bahwa cuaca nan kering dan panas dapat meningkatkan penularan COVID-19.

Namun, kenaikan kasus COVID-19 nan signifikan di negara bagian itu terjadi selama hari libur besar. Selain itu, bisa juga lantaran periode seremoni lantaran meningkatnya perjalanan, pelonggaran tindakan pencegahan, dan pertemuan sosial.

"Meskipun tidak ada bukti bahwa cuaca kering meningkatkan penularan COVID-19 di Malaysia, kondisi panas dan kering dapat menyebabkan lebih banyak pertemuan di dalam ruangan. Ini dapat memfasilitasi penyebaran virus," pungkasnya.

Selengkapnya