Kantong Warga Ri Tipis, Multifinance Pasang Target Realistis

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menilai realisasi pertumbuhan pembiayaan tahun ini bakal di bawah sasaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal ini mengingat sejumlah tantangan nan tetap menghantui industri. Diketahui, OJK membidik piutang mulitifinance tumbuh 8%-10% secara tahunan (yoy) pada 2025.

Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno menyatakan bahwa sasaran OJK sebesar 8-10% tergolong optimistis. "Nah, 8-10% itu sih mungkin menurut saya optimis. Tapi jika kita bicara, mungkin kita berupaya juga jangan terlalu jauh dari pertumbuhan di 2024, ialah 6,93%. Sehingga mungkin di 2025 kita bisa tumbuh di 7%-8%," tutur Suwandi kepada detikai.com, Jumat, (14/2/2025).

Suwandi menambahkan bahwa penurunan penjualan kendaraan baru turut menjadi aspek nan memengaruhi sasaran tersebut. Ia menjelaskan bahwa penjualan kendaraan pada Januari 2025 lebih rendah dibandingkan periode nan sama tahun sebelumnya.

Penyebab utama penurunan ini akibat banyak masyarakat nan menunda pembelian alias malah sudah membeli kendaraan lebih awal pada Desember 2024 akibat adanya prediksi kenaikan nilai mobil akibat opsen pajak baru dan perubahan tarif pokok pajak kendaraan bermotor (PKB) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) di tahun 2025.

"Nah, tapi kan rupanya tidak terjadi. Karena juga Gaikindo melobi Menteri Dalam Negeri mengenai dengan pajak opsennya. Ini juga ada urusannya dengan pajak STNK, di mana pemerintah wilayah melalui gubernur-gubernurnya juga disampaikan bahwa jangan sampai ada kenaikan nan cukup tinggi," jelasnya.

Faktor lain nan turut memengaruhi permintaan kendaraan baru adalah agenda libur panjang di kuartal pertama 2025. Perayaan Imlek dan periode bulan Februari nan singkat, serta libur Nyepi dan Lebaran pada Maret diperkirakan berakibat pada keputusan masyarakat dalam membeli kendaraan.

Selain aspek musiman, penurunan daya beli masyarakat juga menjadi tantangan bagi industri pembiayaan. Meskipun inflasi relatif rendah, jumlah tabungan kelas menengah ke bawah semakin berkurang, sehingga mempengaruhi keputusan konsumsi mereka.

Sebagai informasi, menurut info Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2024 mencapai 5,03%. Komponen terbesar tetap ditopang oleh konsumsi rumah tangga, namun pertumbuhannya tetap di bawah 5%.

"Seluruh komponen pengeluaran tumbuh positif, terbesar konsumsi rumah tangga nan tumbuh 4,94%,"Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konvensi pers, Rabu (5/2/2025)

Adapun pengedaran konsumsi rumah tangga mencapai 54,04%. Ini menjadi penanda daya beli masyarakat tetap lesu.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Ramadan 2025, Harapan Bagi Lonjakan Kredit Mobil dan Bekas

Next Article Video: Mobil Listrik China Banjiri RI, Cuan Bagi Bisnis Multifinance?

Selengkapnya