Istana Buka Suara Soal Penembakan 18 Opm Di Intan Jaya

Sedang Trending 6 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com --

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi menegaskan pemerintah mengutamakan perbincangan dalam menangani bentrok di Papua.

Pernyataan itu disampaikan menyikapi 18 orang personil Organisasi Papua Merdeka (OPM) tewas dalam kontak tembak dengan TNI di Intan Jaya, Papua Tengah, pada Rabu (14/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pasti selalu ada dialog, tapi jika tiba-tiba ada kondisi di lapangan nan tidak kondusif, itu aparat-aparat di lapangan juga punya pertimbangan sendiri untuk melakukan tindakan," kata Hasan di Menteng, Jakarta, Sabtu (17/5).

Hasan mengaku belum mendapatkan info perincian mengenai kejadian itu sehingga hendak bertanya lebih lanjut ke TNI. Hasan berbicara selama ini pendekatan persaudaraan dan kemanusiaan terus dilakukan.

Namun, dia menilai ada masa prajurit di lapangan melakukan tindakan.

"Intinya kan, jika nan mengganggu ketertiban masyarakat, nan mengganggu proses pelayanan, alias proses kehidupan sehari-hari masyarakat kan memang kudu ditindak," ujar Hasan.

[Gambas:Video CNN]

Komando Operasi (Koops) Habema TNI menembak meninggal 18 personil Organisasi Papua Merdeka (OPM) Intan Jaya, Papua Tengah, Rabu (14/5). Koops Habema adalah komando unik nan dibentuk Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto untuk menangani bentrok di beberapa wilayah di Papua.

Letkol Iwan Dwi, Dansatgas Media Komando Operasi (Koops) Habema, mengatakan penembakan dilakukan terhadap golongan bersenjata nan berlokasi di Distrik Sugapa.

Kapuspen TNI Mayjen Kristomei Sianturi menyatakan operasi itu menjadi bukti nyata komitmen TNI menjaga rasa kondusif di Papua dan ditegaskan mereka selalu mendahului pendekatan humanis.

"TNI tetap mengedepankan pendekatan humanis, dialogis, dan ahli dalam setiap kegiatan, serta berkomitmen untuk melindungi kewenangan hidup tenteram seluruh rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Papua," kata Kritomei.

"TNI tetap bakal menerima dengan tangan terbuka andaikan personil gerombolan OPM ada nan menyadari kesalahannya dan beriktikad kembali ke pangkuan Ibu pertiwi," ujarnya. dalam siaran pers, Kamis, (15/5).

Sementara itu, Persatuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) menyebut tiga penduduk sipil turut menjadi korban tewas pada kontak tembak tersebut.

Kepala Biro PGI Papua Pendeta Ronald Rischard Tapilatu mengungkapkan ketiga korban tewas itu merupakan Elisa Wandagau, Mono Tapamina, serta Kepala Desa Hitadipa Ruben Wandagau.

"Ini menjadi perhatian kita lantaran laporan dari gereja sana ada tiga orang nan meninggal. Kita tidak tahu apakah tiga orang ini termasuk dalam daftar 18 personil OPM nan disebut tewas oleh TNI alias bukan," kata Ronald pada konvensi pers, Kamis (15/5).

(chri)

Selengkapnya