ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap melanjutkan tren koreksinya pada akhir bulan Februari. Menjelang penutupan sesi II perdagangan Jumat (28/2/2025), indeks terpuruk 2,5% ke posisi 6323,12.
Pemberat utamanya berasal dari sektor keuangan, nan menurut Stockbit mengalami koreksi 2,61%. Di antaranya, ada saham-saham perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang turun 7,44%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang turun 7,14%, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) nan -1,29%, dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) nan turun 1,17%.
Padahal, sebagian besar perbankan tetap bisa mencetak pertumbuhan keahlian nan positif. Bankir-bankir pun memberikan pandangan mereka mengenai keadaan ini.
Menurut Wakil Ketua Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) IV, Taswin Zakaria memandang tren koreksi saham perbankan di IHSG ini terjadi lantaran likuiditas tidak mengalir ke pasar ekuitas. Menurutnya, tren koreksi saham tidak berangkaian dengan keahlian perbankan.
"Kalau sudah seperti ini tidak ada hubungan lagi antara keahlian dan nilai saham. Tren nilai ambruk ini justru terjadi pada saat keahlian 4 bank besar positif. Tipisnya likuiditas pasar sepertinya menjadi penyebab," ujar Taswin saat dihubungi detikai.com, Jumat (28/2/2025).
Direktur Kepatuhan PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) Efdinal Alamsyah mengatakan penyebab tren koreksi saham perbankan berasal dari faktor-faktor eksternal nan mempengaruhi sentimen pasar. Misalnya, kata dia, tindakan jual oleh penanammodal asing nan mengalihkan biaya ke pasar lain, rebalancing portofolio penanammodal institusi, dan volatilitas pasar global.
Ia juga menyebut adanya ketidakpastian kebijakan domestik seperti misalnya pembentukan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danatara) nan bisa saja memicu kekhawatiran di kalangan investor.
"Jika tren penurunan ini berlanjut, terdapat beberapa potensi akibat terhadap keahlian perbankan, misalnya penurunan nilai saham dapat mempengaruhi persepsi akibat terhadap bank, nan pada gilirannya dapat meningkatkan biaya pendanaan," kata Efdinal saat dihubungi detikai.com, Jumat (28/2/2025).
Ia melanjutkan, koreksi berkepanjangan dapat mengurangi minat penanammodal untuk berinvestasi di sektor perbankan, mempengaruhi likuiditas dan valuasi saham bank. Dengan demikian, dapat memberikan tekanan terhadap profitabilitas bank.
Tercatat, saham DNAR sendiri ambles 5,66% ke posisi 100 pada sesi II perdagangan hari ini. Secara year to date (ytd), saham bank milik OK Next Co., Ltd asal Korea Selatan itu telah ambles 11,50%.
Sementara itu, Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar mengatakan IHSG bukan satu-satunya indeks pasar saham nan terkoreksi besar. Bursa di Asia juga mengalami koreksi besar.
Saham BBNI sendiri telah terkoreksi 7,13% ytd ke 4.040. Padahal, BNI telah mencatatkan kenaikan untung bersih sebesar 9,7% pada Januari 2025, melampaui bank pelat merah lainnya.
"Karena sebelumnya [saham] bank lain sudah terkoreksi lebih banyak. Pas hari ini BBNI [terkoreksi]. Ini bukan masalah fundamental," kata Royke saat dihubungi detikai.com, Jumat (28/2/2025).
Selain merencanakan buyback alias pembelian saham kembali untuk menangkal koreksi nilai BBNI, Royke mengatakan pihaknya juga bakal konsisten pembaruan strategi dan kinerja.
Sementara itu, Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja menegaskan bahwa koreksi saham tidak ada hubungannya dengan keahlian perusahaan. Saham bank swasta terbesar RI itu, BBCA, telah anjok 12,14% ytd.
"Antara saham nan sedang bearish tidak ada kaitan dengan bank performance, kita tetap baik dan steady growth," kata Jahja saat dihubungi detikai.com, Jumat (28/2/2025).
Adapun BCA telah mencatatkan untung bersih sebesar Rp 4,73 triliun secara bank only pada Januari 2025, tumbuh 5,8% yoy.
"Kalau penanammodal tetap sentimen negatif, bukan tugas kita untuk perbaiki. Itu lebih pada dunia impact dan makro ekonomi kita," tegas Jahja.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bank Mandiri Cetak Laba Rp55,78 Triliun Sepanjang 2024
Next Article Video: Adu Laba 4 Bank Besar: BRI, BCA, BNI, Mandiri, Ini Pemenangnya!