ARTICLE AD BOX
Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak bumi mengalami tekanan setelah prospek pasokan dari Irak dan Rusia diperkirakan meningkat. Sentimen ini muncul seiring langkah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump nan berupaya mengakhiri perang selama tiga tahun di Ukraina.
Harga minyak mentah Brent pada 17 Februari 2024, turun menuju level US$74 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) mendekati US$70 per barel. Pergerakan ini mencerminkan kekhawatiran pasar bahwa suplai minyak dunia dapat bertambah jika bentrok Ukraina mencapai titik damai.
Presiden wilayah semi-otonom Kurdistan, Irak, mengisyaratkan bahwa ekspor minyak dapat kembali melangkah pada bulan depan setelah nyaris dua tahun terhenti. Jika ekspor ini terealisasi, pasokan minyak dari area tersebut berpotensi menambah suplai global, menekan nilai lebih lanjut.
Di sisi lain, Trump berencana berjumpa Presiden Rusia Vladimir Putin dalam waktu dekat. Dalam upaya mencari solusi damai, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy juga bakal dilibatkan dalam perundingan. Jika perjanjian tenteram tercapai, hukuman terhadap minyak Rusia mungkin bakal direvisi, nan berpotensi membuka lebih banyak pasokan ke pasar global.
Sebelumnya, nilai minyak sempat melonjak pada Jumat setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengumumkan rencana menekan ekspor minyak Iran hingga kurang dari 10% dari level saat ini. Namun, nilai kembali tertekan di tengah skeptisisme pasar terhadap kepantasan strategi tersebut.
Pasar minyak saat ini berada dalam kondisi volatil, dengan beragam aspek geopolitik nan terus membentuk arah harga. Pelaku pasar bakal mencermati perkembangan lebih lanjut mengenai perundingan tenteram dan kebijakan hukuman AS terhadap negara produsen minyak utama dunia.
CNBC Indonesia
(emb/emb)
Saksikan video di bawah ini:
Video: IHSG Gagal Reli Hingga Harga Emas & Minyak Anjlok
Next Article Harga Minyak Ambruk Gegara Pengumuman dari AS