ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Para mahir menemukan kebenaran mencengangkan bahwa ucapan orang tua terhadap anak dapat memengaruhi pola pikir dan tumbuh kembang mereka.
Maka tak heran, orang tua wajib mengontrol diri dan menggunakan bahasa alias kalimat nan tepat selama berkomunikasi dengan anak.
Lingkungan positif untuk mendukung kepintaran anak dalam pelajaran dan emosional terbentuk jika orang tua memahami pentingnya kalimat-kalimat nan tidak semestinya diucapkan ke anaknya.
Hal ini dapat dipelajari dalam sebuah penelitian nan tertuang dalam kitab berjudul "Raising an Entrepreneur: How to Help Your Children Achieve Their Dream, Margot Machol Bisnow," dikutip dari CNBC Make It, Sabtu (7/12/2024).
Berikut ini rangkumannya:
1. "Ayah-ibu bakal kasih duit jika nilai Anda bagus."
Memberi duit saat anak mendapat nilai bagus alias merampungkan tugas sekolah lainnya rupanya tidak dianjurkan untuk dilakukan. Saat orang tua hanya konsentrasi pada prestasi dan nilai memuaskan di sekolah, potensi anak bakal redup sebelum bisa berkembang.
Nilai dan prestasi di sekolah memang penting. Namun, jangan lupa bahwa orang tua juga perlu mendukung perkembangan beragam aspek lain dalam kehidupan agar anak tumbuh menjadi pribadi nan utuh dan positif.
2. "Tidak boleh main sepulang sekolah sampai nilai Anda meningkat."
Tidak sedikit orang tua nan tidak memahami kemauan dan cita-cita anak-anak mereka. Beberapa anak mungkin sebenarnya berambisi untuk pandai dalam akademis. Namun, tidak sedikit orang tua nan justru memaksakan kehendaknya sendiri.
Seharusnya, orang tua mendukung kemauan anak-anaknya. Sebab, aktivitas bermain dapat membantu anak untuk belajar bersosialisasi, membikin aturan, dan kesepakatan. Dengan demikian, anak dapat mempunyai kesempatan untuk belajar sehingga bisa membikin keputusan.
3. "Ayah/ibu tidak percaya kamu, jadi ayah/ibu mengecek PR Anda dan memperbaiki jika ada nan salah."
Setiap orang tua kudu menekankan pentingnya tanggung jawab sejak usia dini. Mereka mau anak-anak bertanggung jawab, menghadapi masalahnya sendiri, belajar dari kesalahan, dan lebih percaya diri seiring bertambahnya usia.
Pemilik Mutual Mobile, John Arrow, mengaku bahwa saat dia duduk di kelas lima, dia dan teman-temannya menulis surat berita sekolah nan langsung lenyap terjual. Namun, mereka kandas melakukan pengecekan fakta.
Kepala sekolahnya pun menjadi sangat marah dan teman-temannya mendapat masalah dengan orang tua mereka. Nakun, orang tua John tertawa dan menyuruhnya untuk memperbaiki kesalahannya.
"Mengetahui orang tua saya bakal mendukung saya, apalagi ketika pihak sekolah menentang saya, membikin saya bekerja lebih keras untuk menunjukkan kepada mereka bahwa mereka sudah membuatkan keputusan nan betul lantaran mempercayai saya," kata John.
4. "Ayah/ibu memberi tambahan duit saku agar Anda bisa membeli apapun nan Anda mau."
Dampak negatif memanjakan anak berasal dari kebiasaan orangtua nan memberikan semua kemauan anak. Kebiasaan ini secara tidak langsung membikin anak tidak bisa belajar tentang konsep dan sikap tanggung jawab.
Anak nan terbiasa dimanja dengan duit bakal menjadi malas, tidak termotivasi, dan mudah marah jika keinginannya tidak terpenuhi. Pada akhirnya, mereka bakal tumbuh besar tanpa kematangan emosional dan mengalami kesulitan mengatasi masalah ketika mereka dewasa.
Hal terpenting dalam mendukung anak adalah memberikan pengertian kepada anak mengenai kegunaan duit saku dan memberikan akomodasi bagi anak untuk menabung.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Perjalanan Shin Tae Yong Bersama Timnas Indonesia
Next Article Ahli Ungkap Ciri Ibu nan Anaknya Tumbuh Cerdas, Apa Itu?