Studi: Mikroplastik Picu Bakteri Lebih Resisten Terhadap Antibiotik

Sedang Trending 3 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Studi terbaru menemukan mikroplastik dapat menyebabkan kuman menjadi lebih resisten terhadap antibiotik. Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Applied and Environmental Microbiology seperti dilansir laman Euro News, Senin (17/3/2025).

Penelitian nan dilakukan oleh tim dari Boston University, AS, menemukan keberadaan mikroplastik di lingkungan dapat memperkuat daya tahan kuman terhadap pengobatan antibiotik. Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran kurang dari lima milimeter nan tersebar luas di lingkungan dan apalagi ditemukan dalam tubuh manusia.

Para peneliti menguji gimana kuman Escherichia coli (E. coli), nan dapat menyebabkan jangkitan seperti keracunan makanan, bereaksi terhadap beragam konsentrasi mikroplastik. Peneliti utama, Neila Gross, mengatakan bahwa mikroplastik menyediakan permukaan nan ideal bagi kuman untuk menempel dan berkembang biak.

"Ketika menempel di suatu permukaan, kuman menciptakan lapisan pelindung nan disebut biofilm, nan lebih kuat dan tebal. Hal ini mirip dengan rumah nan mempunyai insulasi ekstra," kata Neila Gross, kandidat PhD di Boston University.

Dalam penelitian ini, para intelektual menguji empat jenis antibiotik umum. Dari situ mereka menemukan kombinasi biofilm dan mikroplastik membikin antibiotik menjadi kurang efektif.

"Kami menemukan bahwa biofilm pada mikroplastik, dibandingkan dengan permukaan lain seperti kaca, jauh lebih kuat dan tebal, seperti rumah dengan lapisan insulasi nan sangat banyak," tambah Gross.

Dari beragam jenis plastik nan diuji, polistirena menunjukkan akibat paling besar dalam meningkatkan resistensi kuman terhadap antibiotik. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap resistensi antimikroba (AMR) sebagai salah satu ancaman kesehatan dunia terbesar. AMR membikin bakteri, virus, jamur, dan parasit menjadi lebih susah diobati, sehingga menakut-nakuti kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan.

Pada tahun 2020, lebih dari 865.000 kasus jangkitan nan resisten terhadap antibiotik terjadi di negara-negara Eropa. Lebih dari 35.000 kematian akibat jangkitan tersebut.

"Fakta bahwa mikroplastik tersebar luas di sekitar kita, terutama di wilayah miskin dengan sanitasi terbatas, membikin temuan ini semakin mengkhawatirkan," kata Muhammad Zaman, guru besar teknik biomedis di Boston University.

Ia menambahkan bahwa masyarakat nan kurang beruntung mungkin menghadapi akibat lebih tinggi akibat hubungan antara mikroplastik dan bakteri, nan menegaskan perlunya pengawasan lebih ketat dan penelitian lebih lanjut.

Walaupun temuan ini signifikan, para mahir menekankan bahwa penelitian dilakukan dalam kondisi laboratorium nan terkontrol.

"Ini adalah studi laboratorium menggunakan E. coli dan empat jenis antibiotik dalam kondisi nan dikendalikan, sehingga belum sepenuhnya mencerminkan kompleksitas bumi nyata," ujar Shilpa Chokshi, guru besar di University of Plymouth, Inggris, nan tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Chokshi menambahkan bahwa diperlukan lebih banyak studi untuk memahami apakah pengaruh ini juga terjadi dalam jangkitan manusia alias lingkungan nan lebih luas.

Selengkapnya