Breaking! Ihsg Anjlok Lagi, Turun 1% Tinggalkan Level 6.900

Sedang Trending 3 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tergelincir dan ambruk lebih dari 1%. Per pukul 14.55 WIB, indeks merosot 1,07% ke level 6.852,29. 

Sebanyak 410 saham turun, 235 naik, dan 315 tidak bergerak. Nilai transaksi pada sesi II ini mencapai Rp 11,39 triliun nan melibatkan 31,66 miliar saham dalam 1,24 juta transaksi. 

Adapun IHSG terseret ke area merah seiring dengan keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) The federal Reserve (The Fed) kembali menahan suku kembang di level 4,25%-4,50% bulan ini. Keputusan ini mencerminkan sikap The Fed nan hati-hati dalam mengantisipasi akibat kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump.

The Fed mengumumkan suku kembang pada Rabu waktu AS alias Kamis awal hari waktu Indonesia (8/5/2025). Ini merupakan kali ketiga The Fed menahan suku bunganya setelah terakhir kali menurunkan suku bunganya pada pertemuan Desember 2024.

Seperti diketahui, The Fed telah mengerek suku kembang sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku kembang di level 5,25-5,50% pada September 2023-Agustus 2024 alias lebih dari setahun sebelum memangkasnya pada September 2024 dan dilanjutkan pada November serta Desember 2024 dengan total 100 pedoman poin (bps) di tahun kemarin.

Keputusan ini diambil di tengah meningkatnya ketidakpastian akibat kebijakan tarif impor besar-besaran Presiden Donald Trump, nan diumumkan pada 2 April 2025.

Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan persediaan devisa per akhir April sebesar US$ 152,5 miliar. Realisasi ini turun tajam sebesar US$ 4,6 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.

Cadangan devisa ambruk lantaran pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai respons BI dalam menghadapi ketidakpastian pasar finansial dunia nan makin tinggi.

Posisi persediaan devisa pada akhir April 2025 setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor alias 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Cadangan tersebut dinilai bisa mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Tumbang Jelang Rilis The Fed & Perang India-Pakistan

Next Article IHSG Melaju Kencang! Terbang Nyaris 3%

Selengkapnya