ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Bank Indonesia (BI) ikut memberi respons soal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) nan sempat ambruk sampai perdagangan dihentikan sementara (trading halt) pada Selasa (18/3). Kondisi itu diharapkan hanya berkarakter sementara lantaran adanya syok dari kebijakan-kebijakan nan ada di global.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan nilai saham sangat mengenai dengan sentimen ekonomi di dunia nan akhirnya mempengaruhi ke domestik. Kebijakan dari Presiden AS Donald Trump disebut memberikan akibat terhadap ekonomi secara keseluruhan.
"Kita harapkan bahwa apa nan terjadi kemarin sifatnya temporer lantaran tentunya syok dengan kebijakan-kebijakan nan ada di global," kata Destry dalam konvensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (19/3/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Destry menyebut secara year to date dari Januari-Maret 2025 terjadi modal keluar (capital outflow) sebesar Rp 22 triliun. Meski begitu, pada saat nan sama terjadi aliran modal masuk (capital inflow) ke instrumen SBN dan SRBI sebesar Rp 25 triliun.
"Kita lihat beragam policy dari Trump bakal memberikan akibat terhadap ekonomi secara keseluruhan. Oleh lantaran itu jika kita lihat di saham year to date, ini kita tetap mengalami outflow dari Januari-Maret itu Rp 22 triliun, tapi untuk SBN dan SRBI kita mengalami inflow sekitar Rp 25 triliun. Jadi artinya jika kita bicara SBN, SRBI, lebih ke fundamental," ucap Destry.
Dalam kesempatan nan sama, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan kondisi penurunan nilai saham tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga AS dan negara Asia lainnya.
"Saham itu memang di AS juga terjadi penurunan nilai saham dan di regional juga ada penurunan nilai saham," imbuhnya.
Perry memastikan aset finansial di Indonesia khususnya instrumen SBN dan SRBI bakal tetap menarik bagi penanammodal asing. Terutama dari sisi imbal hasil nan kompetitif dibandingkan negara-negara lain.
"Jadi pesan kami kepada para investor, bahwa kita pastikan aset finansial di Indonesia khususnya SBN dan SRBI itu tetap bakal menarik bagi penanammodal asing untuk berinvestasi di Indonesia. Menarik nan seperti apa? Imbal hasilnya nan kami pastikan kompetitif dengan negara-negara emerging," ucapnya.
(acd/acd)