Ahli Terkejut Temukan Mumi Berusia 5.000 Tahun Yang Wangi Semerbak

Sedang Trending 3 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Meski terdengar menakutkan, siapa sangka mumi Mesir antik rupanya mempunyai aroma nan sangat harum. Hal ini diungkapkan oleh para peneliti nan penasaran mengenai aroma mumi nan diawetkan tersebut.

Cecilia Bembibre, kepala penelitian di Institut Warisan Berkelanjutan Universitas College London mengatakan bahwa tim nya terkejut dengan aroma wangi nan dikeluarkan dari mumi.

"Dalam movie dan buku, hal-hal jelek terjadi pada mereka nan mencium tubuh mumi. Tapi kami terkejut dengan baunya nan menyenangkan," kata Bembibre, seperti dikutip AP News.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa aroma dominan dari mumi adalah wangi kayu nan manis. Ia mengungkap bahwa aroma tersebut dari pembalseman nan digunakan untuk mengawetkan mumi.

Mumi Raja Tutankhamun terlihat di bilik makamnya di Lembah Para Raja di Luxor, Mesir, Jumat (4/11/2022)/ Mesir merayakan peringatan 100 tahun penemuan makam Tutankhamun nan ditemukan oleh master Mesir asal Inggris, Howard Carter, pada 1922. Raja Tut menjadi firaun Mesir antik paling terkenal di dunia. (Photo by Fareed Kotb/Anadolu Agency via Getty Images)Foto: Mumi Raja Tutankhamun terlihat di bilik makamnya di Lembah Para Raja di Luxor, Mesir. (Photo by Fareed Kotb/Anadolu Agency via Getty Images)

"Wanginya mirip kayu nan berempah dan manis.... Ada aroma kembang juga terdeteksi, nan mungkin berasal dari getah pinus dan juniper nan digunakan dalam pembalsaman," paparnya.

Penelitian nan diterbitkan pada hari Kamis (13/2) di Jurnal American Chemical Society menggunakan kajian kimia dan panel pencium manusia untuk mengevaluasi aroma dari sembilan mumi berumur 5.000 tahun nan telah disimpan alias dipajang di Museum Mesir di Kairo.

Para peneliti mau mempelajari aroma mumi secara sistematis lantaran aroma tersebut telah lama menjadi subjek nan menarik bagi masyarakat dan peneliti, kata Bembibre, salah satu penulis laporan tersebut.

Lukisan Foto: Lukisan nan ditemukan di makam Mesir kuno. (Dok. Egyptian Ministry of Tourism & Antiquities via thearchaeologist)

Aroma merupakan pertimbangan krusial dalam proses mumifikasi nan menggunakan minyak, lilin, dan balsem untuk mengawetkan tubuh dan jiwanya untuk kehidupan setelah kematian. Praktik ini sebagian besar diperuntukkan bagi firaun dan bangsawan, dan aroma nan menyenangkan dikaitkan dengan kemurnian dan dewa, sementara aroma nan tidak sedap merupakan tanda kerusakan dan pembusukan.

Tanpa mengambil sampel mumi itu sendiri, nan bakal berkarakter invasif, para peneliti dari UCL dan Universitas Ljubljana di Slovenia dapat mengukur apakah aroma tersebut berasal dari barang arkeologi, pestisida, alias produk lain nan digunakan untuk mengawetkan jenazah, alias dari kerusakan akibat jamur, bakteri, alias mikroorganisme.

"Kami cukup cemas bakal menemukan catatan alias petunjuk tentang tubuh nan membusuk, padahal tidak demikian," kata Matija Strlič, seorang guru besar kimia di Universitas Ljubljana.

"Kami secara unik cemas bakal adanya indikasi degradasi mikroba, tetapi rupanya tidak demikian, nan berfaedah bahwa lingkungan di museum ini sebenarnya cukup baik dalam perihal pengawetan," tambahnya.


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Kecantikan Kian Glowing, Produk Lokal Tampil Global

Selengkapnya