8 Perusahan Yang Bangkrut Hingga Mengakibatkan Phk Massal Di Indonesia

Sedang Trending 4 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Kebangkrutan adalah kondisi nan sangat dihindari oleh seluruh perusahan. Setiap perusahaan sendiri didirikan dengan angan bakal menghasilkan profit, sehingga bisa memperkuat dalam jangka panjang.

Pada prakteknya, tak semua perusahaan bisa memperkuat menghadapi tantangan bisnis. Beberapa perusahaan nan dulunya berhasil akhirnya kudu gulung tikar karena beragam faktor, seperti perubahan tren pasar hingga krisis finansial. Lantas, perusahaan terkenal apa saja nan ambruk di Indonesia?

Perusahaan dengan Banyak Tenaga Kerja nan Bangkrut di Indonesia

Berbagai perusahaan dengan banyak tenaga kerja, mulai dari perusahaan jamu, convenience stores, hingga televisi mengalami penutupan, pailit, dan berakhir beraksi di Indonesia. Berikut di antaranya:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Nyonya Meneer

Nyonya Meneer merupakan pabrik Jamu legendaris nan sudah berdiri sejak tahun 1919. Menurut laman Njonja Meneer, pada awalnya PT Nyonya Meneer adalah perusahaan mini dengan nama Jamu Cap Potret Meneer.

Perusahaan ini sempat mengalami kemajuan pesat pada tahun 1990-an. Produknya dijual ke beberapa negara seperti Malaysia, Jepang, hingga Taiwan, dan China.

Sayangnya, pada 3 Agustus 2017 lalu, pabrik jamu nan berpusat di Semarang tersebut dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Semarang. Sejumlah aspek nan menyebabkan upaya ini goyah ialah perselisihan internal family penerus, kurangnya penemuan produk, dan beban utang nan besar. Perusahaan tercatat mempunyai angsuran macet sebesar 89 miliar.

2. 7-Eleven

7-Eleven begitu terkenal di era 2010 an lantaran menyajikan makanan dan minuman dan menjadi tempat nongkrong nan digemari anak muda. Meski demikian, menurut jurnal Analisis Konsep dan Strategi Pemasaran terhadap Penutupan Gerai 7-Eleven di Indonesia oleh Gita Wisnuwardhana, 7-Eleven menutup semua gerainya di Indonesia pada 30 Juni 2017.

Salah satu analisa menyebut bahwa aspek pemberhentian operasi convenience stores itu adalah lantaran kesalahan manajemen, di mana terdapat konsep tempat nongkrong dengan akomodasi wifi menjadikan operational cost nan tinggi dan penjualan nan rendah. Adapun aspek eksternal nan mempengaruhinya ialah ketatnya persaingan di upaya minimarket. Akibat ditutupnya convenience stores ini, sebanyak 1.300 tenaga kerja di-PHK.

3. Kodak

Eastman Kodak Company alias nan dikenal dengan Kodak dulu merupakan salah satu perusahaan peralatan fotografi terkemuka di dunia. Menurut jurnal berjudul Analisis Penyebab Eksternal dan Internal Kebangkrutan Eastman Kodak Company oleh Lely Marlinasari, dkk, kodak merupakan perusahaan nan memperkenalkan teknologi kamera digital kepada dunia.

Meski begitu, konsumen sudah meninggalkan pemakaian movie nan menjadi upaya inti Kodak. Sejumlah pesaing juga mengembangkan produk kamera digital. Hal ini membikin kodak jatuh ambruk setelah kandas beradaptasi dengan kemajuan teknologi di tengah populernya kamera digital dan ponsel pandai berfitur kamera.

4. Sritex

PT Sri Rejeki Isman (SRITEX) merupakan badan upaya nan bergerak di bagian pemintalan, pertenunan, pengecapan/penyempurnaan, dan pembuatan busana jadi. Perusahaan didirikan pada tahun 1966.

PT Sritex dinyatakan insolvensi alias dalam keadaan tidak bisa bayar utang. Oleh karena itu, Pengadilan Negeri (PN) Semarang memutuskan tidak ada going concern alias kelangsungan usaha. Hal ini lantaran beban biaya kerja jauh lebih tinggi dari pendapatan. Masih ada pula tagihan listrik di lima pabrik.

Menurut laman detikJatim, perusahaan itu tutup permanen pada 1 Maret 2025. Sebanyak lebih dari 10 ribu pekerja terkena PHK. Di momen tersebut Bos Sritex, Iwan Setiawan Lukminto dan Iwan Kurniawan Lukminto alias Wawan, memberi salam perpisahan bagi jejeran dewan dan seluruh pegawai.

5. Net Visi Media

PT Net Visi Media mengalami tantangan finansial hingga kebangkrutan di tahun 2024. Perusahaan ini bergerak di bagian upaya industri media nan lini usahanya meliputi penyiaran televisi, manajemen artis hingga media digital.

Terdapat penurunan pendapatan nan dialami NET TV sejak tahun 2018, dengan beban utang nan meningkat. Sebab Krisis ini, saham NET TV akhirnya diakuisisi oleh MD Entertainment sebanyak 80%. Kini perusahaan berubah nama menjadi PT MDTV Media Technologies Tbk.

6. PT Sanken Indonesia

PT Sanken Indonesia nan bakal menutup pabriknya pada Juni 2025 mendatang. Perlu dicatat, Sanken di sini bukan pabrik penghasil elektronik rumah tangga.

Produk PT Sanken Indonesia adalah switch mode power supply, sementara perabot elektronik rumah tangga dihasilkan oleh PT Sanken Argadwija. Menurut catatan detikaicom, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE), Setia Diarta, menyatakan rencana PT Sanken Indonesia mau hengkang dari Tanah Air merupakan permintaan perusahaan induk, Sanken Electric, nan berlokasi di Jepang.

Adapun argumen PT Sanken Indonesia menghentikan operasional
yaitu, tidak ada support pemutakhiran kreasi dan teknologi dari induk perusahaan di Jepang akibat penjualan bagian terkait. Selain itu, perusahaan tidak bisa bersaing dengan produk-produk baru. Menurut laman detikai.com, ada sebanyak 459 pekerja dalam perusahaan ini.

7. Giant

Seluruh gerai Giant telah ditutup secara permanen sejak akhir Juli 2021. Total ada sebanyak 395 gerai nan ditutup.

Perusahaan Induk Giant, PT Hero Supermarket mau konsentrasi mengembangkan Guardian, IKEA, hingga Hero Supermarket. Menurut Head Corporate and Consumer Affairs PT Hero Supermarket, Diky Risbianto, potensi ketiga brand tersebut lebih tinggi dibandingkan Giant. Akibat penutupan Giant, sebanyak 7.000 tenaga kerja terkena PHK.

8. PT. Danbi Internasional

PT. Danbi Internasional merupakan perusahaan nan bergerak dalam produksi bulu mata palsu. Menurut catatan detikJabar, pada tanggal 19 Februari 2025 lalu, pabrik bulu mata tersebut mendadak berakhir beroperasi. Hal ini menyusul status PT Danbi Internasional nan dinyatakan pailit.

Dalam putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 345/pdt.Sus-PKPU/2024/PN.Niaga.Jkt.Pst tanggal 10 Februari 2025, disebutkan bahwa PT Danbi Internasional dinyatakan pailit dan seluruh asetnya sekarang berada di bawah pengawasan tim kurator. Ada sebanyak 2,1 ribu pekerja nan terancam nganggur.

Daftar Perusahaan Tekstil nan Tutup

Selain Sritex, ada banyak perusahaan tekstil nan tutup dan berakhir beroperasi. Menurut Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament (APSyFI), berikut sejumlah daftarnya:

  1. PT Argo Pantes Bekasi (tutup - berakhir produksi)
  2. PT Asia Citra Pratama (tutup - berakhir produksi)
  3. PT Centex - Spinning Mills (tutup - berakhir produksi)
  4. PT Damatex ( tutup - berakhir produksi
  5. PT Djoni Texindo (tutup - berakhir produksi)
  6. PT Dupantex (tutup - berakhir produksi)
  7. PT Efendi Textindo (tutup - berakhir produksi)
  8. PT Fotexco Busana Internasional (tutup - berakhir produksi)
  9. PT Grand Pintalan (tutup - berakhir produksi)
  10. PT Grandtex (tutup - berakhir produksi)
  11. PT Gunatex (tutup - berakhir produksi)
  12. PT HS Aparel (tutup)
  13. PT Indachi Prima (pengurangan tenaga kerja)
  14. PT Jelita (tutup - berakhir produksi)
  15. PT Kaha Apollo Utama (tutup - berakhir produksi)
  16. PT Kintong (tutup - berakhir produksi)
  17. Kusuma Group : PT Pamor, PT Kusuma Putra, PT Kusuma Hadi (tutup - PHK 1.500 tenaga kerja)
  18. PT Lawe Adyaprima Spinning Mills (tutup - berakhir produksi)
  19. PT Lojitex (tutup - berakhir produksi)
  20. PT Mafahtex Tirto (tutup - berakhir produksi)
  21. PT Miki Moto (tutup - berakhir produksi)
  22. PT Mulia Cemerlang Abadi (tutup - berakhir produksi)
  23. PT Mulia Spindo Mills (tutup - berakhir produksi)
  24. PT Ocean Asia Industry (tutup - PHK 314 tenaga kerja)
  25. PT Panca Sindo (tutup - berakhir produksi)
  26. PT Rayon Utama Makmur (tutup)
  27. PT Ricky Putra Globalindo, Tbk. (tutup - berakhir produksi)
  28. PT Saritex (tutup - berakhir produksi)
  29. PT Sembung Tex (tutup - berakhir produksi)
  30. PT Starpia (tutup)
  31. PT Sulindafin (tutup-berhenti produksi)
  32. PT Sulindamills (tutup-berhenti produksi)
  33. PT Tuntex (tutup - PHK 1.163 tenaga kerja)
  34. PT Primissima (tutup - berakhir produksi)
  35. PT Asia Pasific Fibers Karawang (berhenti beroperasi).

(elk/row)

Selengkapnya