ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi kenaikan impor kurma untuk kebutuhan Ramadan 2025. Tren kenaikan ini disebut sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan impor kurma pada Februari 2025 sebanyak 16,47 ribu ton dengan nilai US$ 18,09 juta. Jumlah tersebut meningkat 0,26% dibandingkan bulan sebelumnya.
"Pada Februari 2025 impor kurma tercatat sebesar 16,47 ribu ton alias senilai US$ 18,09 juta," kata Amalia dalam konvensi pers, Senin (17/3/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Impor kurma terbesar berasal dari Mesir sebanyak 9,24 ribu ton dengan share terhadap total kurma nan diimpor Indonesia sebesar 56,12%. Di posisi selanjutnya, ditempati oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
"Asal impor kurma dari Arab Saudi sebanyak 2,69 ribu ton dengan pangsa sebesar 16,32% dan asal impor ketiga terbesar adalah Uni Emirat Arab sebanyak 1,19 ribu ton nan pangsanya sebesar 7,22%," beber Amalia.
Secara kumulatif sepanjang Januari-Februari 2025, Amalia menyebut impor kurma tercatat sebesar 32,89 ribu ton dengan nilai mencapai US$ 38,76 juta.
"Kita memandang tren impor kurma mulai meningkat dalam 5 bulan menjelang periode Ramadan Lebaran dan paling tinggi tentunya ada di bulan Januari dan Februari," ucap Amalia.
Adapun sepanjang periode tersebut, Indonesia paling banyak mendatangkan kurma dari Mesir sebanyak 19.390 ton dengan pangsa 58%, diikuti Arab Saudi 13,87% dan Uni Emirat Arab sebesar 8,96%. Kemudian Tunisia menempati urutan keempat dengan share terhadap total kurma nan diimpor Indonesia pada Januari-Februari 2025 sebesar 5,87% dan Iran 7,22%.
(acd/acd)