Yusril Dukung Daud Beureueh Jadi Pahlawan Nasional: Beliau Pejuang Ri Sejati

Sedang Trending 8 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan (Menko Kumham Imipas), Yusril Ihza Mahendra, menyatakan dukungannya terhadap usulan masyarakat Aceh agar Teungku Muhammad Daud Beureueh dicalonkan sebagai Pahlawan Nasional.

Pernyataan tersebut disampaikannya saat memberikan pidato kunci dalam Seminar Nasional Teungku Daud Beureueh di Anjong Mon Mata, di belakang Pendopo Gubernur Aceh, Banda Aceh, Kamis (10/7) malam.

Yusril mengatakan, sejarah Aceh, khususnya peran Teungku Daud Beureueh dalam melawan Belanda dan Jepang, serta peran sentralnya dalam mendukung kemerdekaan, dan menegaskan Aceh sebagai bagian dari Republik Indonesia, merupakan upaya luar biasa nan telah dilakukannya bagi bangsa dan negara.

"Tidak semua tokoh di Aceh ceria dengan Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Sebagian mau Aceh menjadi negara sendiri, sebagian malah mau tetap di bawah kolonialisme Belanda. Daud Beureueh berjuang habis-habisan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan RI baik secara politik, militer, maupun diplomasi," kata dia dalam keterangannya, Jumat (11/7/2025).

Yusril menjelaskan, kemauan Daud Beureueh agar Aceh menjadi provinsi sendiri dengan keistimewaannya disetujui oleh Bung Karno saat berjamu ke Aceh awal tahun 1946. Karena itu, pada masa revolusi, Daud Beureu’eh diangkat sebagai Gubernur Militer Aceh, Langkat, dan Tanah Karo dengan pangkat tituler Mayor Jenderal TNI.

"Provinsi Aceh akhirnya dibentuk melalui Keputusan Wakil Perdana Menteri RI untuk Sumatera nan berdomisili di Kutaraja dengan Peraturan Darurat Wakil Perdana Menteri nan diteken Mr. Sjafruddin Prawiranegara. Daud Beureueh otomatis dikukuhkan menjadi Gubernur Aceh," lanjut Yusril.

Sejarahnya

Namun demikian, pada 1950, sambung Yusril, Peraturan Darurat tersebut tidak disetujui Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Menteri Dalam Negeri saat itu, Mr. Soesanto Tirtoprodjo dari PNI, sehingga peraturan itu dicabut dan Aceh diintegrasikan menjadi bagian dari Provinsi Sumatera Utara.

“Celakanya, pencabutan Keputusan Darurat Wakil Perdana Menteri Sjafruddin itu kudu dilaksanakan oleh Perdana Menteri RI nan baru, Mohammad Natsir, padahal baik Sjafruddin, Natsir, maupun Daud Beureueh semuanya adalah tokoh Partai Masyumi,” jelas Yusril.

Menurut Yusril, saat itu Natsir menghadapi dilema luar biasa untuk melaksanakan putusan KNIP, sehingga memutuskan berangkat ke Aceh untuk menemui Daud Beureu’eh.

“Natsir terlambat sehari datang ke Aceh lantaran putrinya meninggal tenggelam di Kolam Renang Cikini. Saat Natsir mendarat di Aceh, Daud Beureu’eh telah menyingkir ke luar kota lantaran sehari sebelumnya beliau telah mengumumkan perlawanan dan pembangkangan terhadap pemerintah pusat di Jakarta," tutur dia.

Yusril menyatakan, Natsir sangat memahami kekecewaan Daud Beureueh atas pembubaran Provinsi Aceh dan mau agar provinsi tersebut dibentuk kembali berbarengan dengan pembentukan provinsi lain. Hal ini disampaikan Natsir dalam pidato di depan masyarakat Aceh nan berdatangan ke Pendopo Gubernur, nan diterjemahkan Osman Raliby ke dalam Bahasa Aceh. 

Bukan Pemberontak

"Natsir juga menitipkan pesan kepada Daud Beureueh melalui Osman Raliby agar menahan diri dari perlawanan. Namun, Daud Beureu’eh menjawab "nasi sudah menjadi bubur" dan telah menyingkir dari ibu kota Aceh, Kutaraja, dan masuk rimba untuk melakukan perlawanan," cerita dia.

Walau pada akhirnya Provinsi Aceh kembali terbentuk pada 1956 dan dipisahkan dari Sumatera Utara, Yusril mencatat Daud Beureu’eh telah kehilangan kepercayaan kepada pemerintah pusat. Kemudian, DI/TII Aceh nan dipimpinnya menyatakan berasosiasi dengan PRRI dan RPI (Republik Persatuan Indonesia) sebagai campuran PRRI-Permesta pada 1958.

“Dari fakta-fakta sejarah itu, Daud Beureueh mestinya tidak dianggap sebagai pemberontak nan mau memisahkan Aceh dari NKRI. Beliau seorang Republikan nan kecewa dengan janji-janji nan tak kunjung diwujudkan para pemimpin di pusat,” ujar Yusril.

Yusril pun menegaskan, sejarah tentang Daud Beureueh perlu ditulis ulang. Sebab dia meyakini, Daud Beureueh adalah pejuang RI sejati. "Jasa-jasanya tak ternilai bagi bangsa dan negara, sehingga sudah saatnya beliau menjadi Pahlawan Nasional," pungkasnya.

Selengkapnya