ARTICLE AD BOX
detikai.com, Jakarta - Hari Raya Waisak, alias Trisuci Waisak, adalah seremoni terpenting bagi umat Buddha di seluruh dunia. Perayaan ini jatuh pada bulan purnama bulan Vesakha, biasanya di akhir April, Mei, alias awal Juni.
Tahun ini, berasas SKB Tiga Menteri, Waisak diperingati pada Senin, 12 Mei 2025. Perayaan Waisak memperingati tiga peristiwa krusial dalam kehidupan Sang Buddha Gautama, ialah kelahiran, pencerahan (Bodhi), dan wafatnya (Parinibbana). Peristiwa-peristiwa ini diyakini terjadi pada bulan purnama Vesakha, sehingga menjadi momen sakral bagi umat Buddha untuk merenungkan aliran Sang Buddha.
Waisak bukan hanya sekadar hari libur, tetapi juga waktu untuk refleksi diri dan penguatan komitmen terhadap aliran Buddha. Umat Buddha di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, bakal melakukan beragam aktivitas untuk memperingati hari suci ini.
Di Indonesia sendiri, seremoni Waisak mempunyai kekhasan dan tradisi unik nan telah berjalan turun-temurun, menunjukkan keberagaman budaya dan toleransi antar umat berakidah di Indonesia.
Perayaan Waisak di Indonesia melibatkan beragam kegiatan, mulai dari ritual keagamaan di candi-candi Buddha, seperti Candi Borobudur, hingga aktivitas sosial kemasyarakatan.
Kegiatan-kegiatan ini bermaksud untuk memperdalam pemahaman aliran Buddha dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Perayaan ini juga menjadi kesempatan untuk mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan antar umat Buddha.
Tradisi Unik Perayaan Waisak di Indonesia
Indonesia mempunyai beragam tradisi unik dalam merayakan Waisak. Salah satu nan paling terkenal adalah seremoni di Candi Borobudur, candi Buddha terbesar di dunia.
Ribuan umat Buddha dan visitor dari beragam wilayah berkumpul untuk mengikuti beragam aktivitas keagamaan, seperti meditasi, puja bakti, dan pradaksina (ritual melangkah mengelilingi candi).
Selain itu, ada juga tradisi pindapata, di mana para bhikkhu menerima infak dari umat Buddha sebagai simbol berbagi dan kepedulian sosial.
Tradisi lain nan tak kalah menarik adalah puja lentera, pelepasan lampion ke udara sebagai simbol pelepasan hal-hal negatif dan angan untuk kebaikan.
Ada juga mandi Sang Buddha, ritual membersihkan patung Buddha sebagai simbol pemurnian diri. Umat Buddha juga biasanya mengenakan busana putih, melambangkan kesucian dan kesederhanaan.
Selain ritual keagamaan, seremoni Waisak di Indonesia juga diramaikan dengan beragam aktivitas budaya, seperti pentas seni dan lomba-lomba. Hal ini menunjukkan sungguh Waisak bukan hanya seremoni keagamaan, tetapi juga seremoni budaya nan memperkaya khazanah budaya Indonesia.
Makna dan Ajaran Waisak
Waisak mempunyai makna nan sangat dalam bagi umat Buddha. Perayaan ini menekankan pentingnya cinta kasih, kebijaksanaan, dan pembebasan dari penderitaan.
Umat Buddha merenungkan kebajikan, tekad, dan semangat Buddha Gautama sebagai inspirasi untuk melakukan baik dan menjalani kehidupan sesuai aliran Dhamma.
Lima Sila Buddha juga menjadi konsentrasi utama dalam seremoni Waisak. Lima Sila ini merupakan pedoman hidup bagi umat Buddha untuk menjauhi tindakan nan merugikan diri sendiri dan orang lain.
Kelima sila tersebut adalah: tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melakukan asusila, tidak berbohong, dan tidak minum minuman keras.
Melalui meditasi, perenungan, dan doa, umat Buddha berupaya untuk meningkatkan kesadaran spiritual dan mencapai pencerahan. Perayaan Waisak juga menjadi momen untuk memperkuat ikatan persaudaraan dan saling membantu sesama.
Kegiatan Umat Buddha saat Waisak
- Mengamalkan Lima Sila Buddha: Menjalankan prinsip moral dalam kehidupan sehari-hari.
- Meditasi dan Ibadah di Vihara: Berkumpul untuk bermeditasi, merenungkan aliran Buddha, dan mencari ketenangan batin.
- Prosesi Pindapata: Memberikan biaya makanan kepada para bhikkhu sebagai simbol berbagi dan welas asih.
- Memandikan Patung Buddha: Simbol pemurnian diri dari dosa dan pikiran negatif.
- Menyalakan Lilin dan Melepas Lampion: Simbol sinar pengetahuan dan angan untuk kebaikan.
- Aksi Sosial dan Kegiatan Bakti: Memberikan support kepada nan membutuhkan.
- Mengenakan Busana Putih: Mewakili kesucian dan kejernihan batin.
- Pengibaran Bendera Buddha: Wujud penghormatan dan kebanggaan terhadap aliran Buddha.
Perayaan Waisak di Indonesia merupakan perpaduan selaras antara ritual keagamaan dan aktivitas budaya. Meskipun hanya sekitar 1% masyarakat Indonesia berakidah Buddha, Waisak dirayakan sebagai hari libur nasional, menunjukkan toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman budaya di Indonesia.
Waisak menjadi momen refleksi diri, penguatan komitmen terhadap aliran Buddha, dan kesempatan untuk mempererat persaudaraan antar umat.