ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Makan sahur nan dilakukan sekitar pukul 3 hingga 4 pagi bakal terasa sangat berat bagi sebagian orang. Rasa kantuk akibat bangun terlalu pagi ini membikin kita malas untuk menyajikan makanan nan memerlukan tenaga ekstra, sehingga kita tergoda untuk menyajikan makanan nan mudah dibuat saja.
Terlebih bagi mereka nan tinggal di perantauan, mereka kudu menyiapkan makanan tersebut sendirian, sehingga makan mi instan saat sahur bisa jadi pilihan tepat.
Spesialis penyakit dalam dr Yunita Indah Dewi, SpPD, mengatakan sebaiknya mi instan tidak dijadikan menu utama saat sahur. Pasalnya, makanan ini rendah nutrisi dan dapat memicu masalah kesehatan, terutama bagi pengidap gangguan masam lambung.
Namun jika tak ada pilihan lain, dr Yunita menyarankan agar konsumsi mi instan dibatasi dan dikombinasikan dengan sayuran, serta sumber protein agar lebih bernutrisi.
"Sebaiknya tidak mengonsumsi mi instan saat sahur lantaran rendah serat dan protein, tetapi tinggi lemak. Bagi penderita maag, ini bisa meningkatkan akibat kambuh saat puasa," jelas dr Yunita saat berbincang dengan detikaicom, Selasa (18/2/2025).
Selain kandungan nutrisinya nan rendah, mi instan juga mempunyai jumlah kalori nan cukup tinggi. Jika dikonsumsi terlalu sering, ini dapat meningkatkan akibat kenaikan berat badan selama bulan puasa.
"Ini perlu dilakukan agar kebutuhan gizi tubuh tetap terpenuhi," tambahnya.
Senada, ahli gizi dr Johanes C Chandrawinata, SpGK, mengungkapkan mi instan mempunyai kalori nan cukup tinggi tapi nutrisinya tidak seimbang.
Selain itu, mi instan mengandung kadar garam nan tinggi. Konsumsi garam berlebih dapat meningkatkan gelombang buang air kecil, nan pada akhirnya berisiko menyebabkan dehidrasi dan mengganggu kelancaran ibadah puasa.
Meski demikian, dr Johanes menegaskan bahwa sahur dengan mi instan tidak sepenuhnya dilarang. Agar lebih sehat, dia menyarankan untuk mengurangi porsi mi instan dengan menggantinya sebagian dengan mi shirataki.
Dikutip dari EatingWell mi shirataki adalah jenis mi Jepang nan terbuat dari ubi konjak . Mi ini dibuat dengan mencampur tepung konjak dengan air, lampau membentuk campuran tersebut menjadi mi. Mi shirataki sangat rendah kalori dan karbohidrat serta telah menjadi terkenal sebagai pengganti pasta tradisional nan rendah karbohidrat dan bebas gluten.
"Jadi sebaiknya jika kepepet, itu mi instannya dibagi dua. Jadi separuh mi instan biasa ditambah separuh mi shirataki. Tapi ingat, kan anjurannya mengurangi asupan lemak juga, jadi mungkin minyaknya dikurangi," kata dia.
"Tambahkan sayuran dan juga protein, entah itu telur alias daging. Asal dagingnya tanpa lemak. Jadi, dengan begitu tentunya tetap memenuhi kecukupan gizi, walaupun makan mi instan," tuturnya.
(suc/suc)