Tak Nyangka, Lo Kheng Hong Ternyata Pernah Rugi 85%

Sedang Trending 1 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Investor sekelas Lo Kheng Hong rupanya pernah rugi besar, apalagi nyaris bangkrut. Ia nyaris tidak mempunyai duit sepeser pun saat krisis mendera Indonesia pada 1998 silam.

Akan tetapi, dia akhirnya bisa terhindar dari ancaman tersebut dan kembali bangkit berkah pekerjaannya sebagai penanammodal saham.

Kisah ini disampaikan Lo Kheng Hong saat berbincang di aktivitas SPOD nan diselenggarakan PT Syailendra Capital dan ditayangkan pada akun YouTube perusahaan. Lo Kheng Hong bercerita, saat krisis 1998 terjadi, dia hanya mempunyai duit sisa 15% dari seluruh hartanya.

"Uang saya berkurang 85%, sisa 15%. Saya waktu itu sudah full time investor, istri ibu rumah tangga, anak 2, saya nggak kerja lagi, duit tinggal 15%," kata Lo Kheng Hong, dikutip Minggu (23/3/2025).

Sadar dirinya bakal bangkrut, Lo Kheng Hong akhirnya memutuskan untuk menyimpan seluruh sisa hartanya di saham PT United Tractor Tbk (UNTR). Saat itu, nilai saham UNTR per lembar ada di level Rp 250 per saham.

Bukan tanpa argumen laki-laki dengan sapaan berkawan LKH ini melakukan perihal tersebut. Menurutnya, pemilihan UNTR sebagai letak penyimpanan saham tunggal dilakukan lantaran Lo Kheng Hong menilai perusahaan tersebut mempunyai prospek cerah dan valuasinya tinggi.

Dok.Lo Kheng HongFoto: Dok.Lo Kheng Hong

"Masa nilai saham Rp250, untung upaya per saham Rp7.800. Laba usahanya Rp 1,1 triliun, dibagi jumlah saham 138 juta, kan, (laba per saham) Rp7.800. Saya put everything di United Tractor, nggak bisa pilih nan lain. Ini ada mercy dijual nilai bajaj, semua masukin. Beli seluruhnya hanya di 1 counter," ujarnya.

Lo Kheng Hong bercerita, keputusannya saat itu sempat meragukan lantaran keahlian nilai saham UNTR terpantau lambat bergerak positif. Akan tetapi, dia tetap mempertahankan pendiriannya untuk hanya berinvestasi di perusahaan tersebut.

Alhasil, setelah 6 tahun memegang saham UNTR, Lo Kheng Hong menjual seluruh asetnya di sana pada 2004. Harga saham UNTR saat Lo Kheng Hong menjual investasinya sudah ada di nomor Rp 15 ribu per saham.

"Saya gemetar kan duit saya kecil, tiba-tiba jadi banyak. Saya pikir jika kelak dia turun lagi duit saya lenyap bagaimana? Saya salah, saya jual. Kira-kira Rp 15 ribu waktu itu (harga sahamnya). Akhirnya dia naik jadi Rp600 ribu sekian. Demikian saya survive di 1998," katanya.

Lo Kheng Hong adalah penanammodal sukses nan lahir 20 Februari 1959 dan kerap dijuluki Warren Buffet Indonesia. Dia menilai, menjadi seorang penanammodal saham itu bisa membikin kaya lantaran dengan menjadi penanammodal di perusahaan publik, nilai sahamnya selalu meningkat dan menghasilkan untung besar.

Dia konsisten menerapkan prinsip value investing, alias berinvestasi dengan membeli saham dengan nilai murah tapi berpotensi tumbuh.

Lo Kheng Hong juga tercatat menjadi pemegang saham dengan kepemilikan di atas 5% di beberapa emiten seperti PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN), emiten multifinance dari Grup Panin, lampau saham pabrik ban PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dan saham emiten media Grup MNC PT Global Mediacom Tbk (BMTR).

Kisah lainnya, rupanya dia juga pernah mengalami 'nyangkut' di salah satu saham.

Diceritakannya melalui sebuah unggahan video pada 2016, dimana dia pernah berinvestasi di saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan kemudian harganya ambles ke nilai Rp 50 namalain gocap.

Tak tanggung-tanggung apalagi penanammodal nan dikenal sebagai Warren Buffettnya Indonesia ini mempunyai saham BUMI sebanyak 1 miliar saham alias kala itu setara dengan 2,7% di saham tersebut. 

"Yang paling jelek itu ketika saya membeli saham BUMI dalam jumlah besar dan sahamnya turun ke Rp 50, untung saya punya kekuatan untuk tidak menjual saham saya di nilai Rp 50, apalagi saya membeli lebih banyak. Itu posisi nan paling rendah dalam hidup saya," kata Lo Kheng Hong dalam video nan diunggah dalam akun instagram @lukas_setiaatmaja, dikutip Senin (26/4/2021).

Bahkan ketika itu sempat tersiar berita bahwa penanammodal kondang ini sudah jatuh ambruk ketika nilai saham ini tidak kunjung bangkit. Namun dia tetap percaya ketika itu lantaran dia tidak mempunyai utang sama sekali, apalagi tetap mempunyai aset lain di saham PT Petrosea Tbk (PTRO).

Meski kehilangan duit dalam jumlah besar, dia tetap berfokus pada asetnya nan ada saat ini, bukan pada asetnya nan lenyap di saham tersebut. Hal ini tetap membuatnya tidak stress, apalagi tetap sempat untuk mengisi kelas di Universitas Prasetiya Mulya.

"Tetapi ketika saya berada di titik terendah, saya mendapatkan pengetahuan nan terhebat. Waktu saya di titik terendah, pengetahuan saham saya bertambah hebat, sangat dahsyat sekali. Saya membeli saham lebih berhati-hati, berfikir lebih lama," terangnya.

Setelah satu separuh tahun memegang saham ini dan merasakan kerugian, akhirnya Lo Kheng Hong sukses melepas saham ini di nilai Rp 500 pada 2017 lalu.

Mungkin perihal ini bisa menjadi pembelajaran bagi para penanammodal saham nan saat ini tetap getol untuk terjun ke pasar saham, namun merasa galau lantaran kondisi pasar nan tak kunjung membaik apalagi condong turun dalam beberapa waktu terakhir.


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Ambruk, DPR Bantah Isu nan Pengaruhi Persepsi Pasar

Next Article Pegang Dividen Rp100 Miliar, Ini Rahasia Investasi Saham Lo Kheng Hong

Selengkapnya