ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berencana melakukan sejumlah ekspansi upaya dalam beberapa waktu mendatang. Pasalnya, emiten batu bara terbesar ini berupaya memperluas upaya ke sektor daya nan lain.
Director/Chief Financial Officer BUMI, Andrew Beckham menyatakan, perusahaan bakal melakukan ekspansi di sejumlah komoditas pertambangan. Di antaranya adalah emas, tembaga, bauksit hingga alumina.
"Saya tidak bakal menyebutnya diversifikasi hijau, tetapi kami bakal lebih dari batu bara. Itulah rencana kami. Kami bakal memberikan info lebih lanjut tentang itu seiring berjalannya tahun ini," ujar Andrew beberapa waktu lalu, dikutip Senin (28/4/2025).
Dia menambahkan, pasar batu bara diproyeksi tetap mengalami tekanan dan ketidakpastian. Hal ini dipicu oleh beragam aspek seperti memanasnya perang jual beli dan aspek lainnya.
"Kami percaya bahwa pasar bakal tertekan dan pasar menawarkan nilai dengan diskon, nan mana kami menolak untuk menawarkan potongan nilai apa pun di pasar saat ini," kata dia.
Di samping itu, Andrew optimistis bahwa kondisi pasar bakal segera membaik dalam tiga sampai dengan empat bulan ke depan setelah perang jual beli berlangsung. Apabila tensi perang jual beli mereda, maka akibat tekanan terhadap nilai batu bara dapat diredam.
"Sampai saat itu, kami percaya bahwa tidak bakal ada tekanan berfaedah pada nilai batu bara," imbuhnya.
Oleh lantaran itu, BUMI telah menetapkan proyeksi nilai batu bara pada 2025. Pada periode tersebut, BUMI memperkirakan nilai batu bara bakal berada di kisaran US$ 64 per ton hingga US$ 69 per ton.
Harga batu bara di tambang milik anak upaya BUMI ialah PT Kaltim Prima Coal (KPC) diperkirakan berada di kisaran US$ 70-75 per ton. Sementara itu, nilai batu bara untuk tambang anak upaya BUMI lainnya, PT Arutmin Indonesia diperkirakan berkisar US$ 50-55 per ton.
Menurutnya, dalam beberapa tahun terakhir nilai batu bara dunia tampak cukup stagnan. Jika berkaca pada tahun 2024 dan 2025, nilai batu bara sedikit lebih rendah namun tetap tergolong stabil.
Seperti nan diketahui, pergerakan nilai batu bara cukup dipengaruhi oleh ketidakpastian nan terjadi di pasar global. Sepanjang 2024 lalu, sentimen seperti dinamika pemilihan umum (Pemilu) dan bentrok geopolitik di beragam negara turut berakibat pada arah nilai batu bara. Berlanjut pada 2025, nilai batu bara juga terdampak oleh perang tarif nan diawali oleh kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS).
(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Q1-2025, Laba BBNI Tembus Rp 5,38 Triliun
Next Article Hingga Kuartal III-2024, BUMI Cetak Laba Bersih US$ 122,86 Juta