ARTICLE AD BOX
detikai.com, Jakarta - Tak banyak nan tahu bahwa kota mini Älmhult di Swedia Selatan menjadi saksi bisu lahirnya salah satu merek furnitur paling terkenal di dunia: IKEA. Di sinilah kisah dimulai, dan kini, sebuah museum megah berdiri sebagai penanda sejarah panjang IKEA. Menyimpan kisah sukses dan kegagalan.
detikai.com berkesempatan mengunjugi Museum IKEA saat Democratic Design Days 2025 di Älmhult, Swedia. Saat memasuki gedung berhistoris ini, visitor seolah melangkah ke mesin waktu membawa kami ke dasawarsa 1950-an, masa ketika Ingvar Kamprad pemuda visioner berumur 17 tahun memulai upaya kecilnya.
Bagian paling menarik dari museum ini adalah gimana IKEA merancang setiap produknya. “Kami tidak memulai dari meja desain,” ujar salah satu staf museum pada Rabu, 4 Juni 2025.
“Kami mulai dari rumah-rumah penduduk. Tim kami turun langsung, berbicara, mengamati, dan mendengarkan kebutuhan mereka.”
Pendekatan ini menjadi dasar dari filosofi Desain Demokratis nan diusung IKEA. Lima prinsip utama menjadi pilar dalam setiap produk: nilai terjangkau, kualitas, fungsi, estetika, dan keberlanjutan. Kelima unsur ini kudu datang secara seimbang jika satu saja kurang, produk tidak bakal lolos ke pasar.
Tak hanya menampilkan kesuksesan, museum ini juga membagikan momen-momen kegagalan. Salah satu nan paling ikonik adalah kisah sofa udara dari era 90-an. Konsepnya menarik: ringan, fleksibel, mudah dikemas. Namun realitas berbincang lain.
Instruksi penggunaan nan membingungkan membikin banyak pengguna menggunakan vacuum cleaner alih-alih hair dryer untuk mengisi udara, menyebabkan sofa rusak dan kempis. IKEA tak menutup-nutupi kegagalan ini. Justru, mereka menjadikannya pelajaran berharga.
“Kesalahan adalah bagian dari proses kreatif,” ujar seorang manajer di Älmhult.
“Kami mendorong tim kami untuk berani gagal, lantaran dari situlah lahir penemuan nan sesungguhnya," katanya.
Toko Pertama IKEA Jadi Museum
Bangunan museum ini dulunya adalah toko pertama IKEA, nan dibuka pada tahun 1958. Awalnya, tempat ini adalah sebuah pabrik karpet tua nan dibeli Kamprad dan disulap menjadi showroom permanen. Di masa itu, pengguna hanya bisa memandang produk, lampau memesannya dan menunggu hingga 8 minggu untuk pengiriman.
Kehadiran toko ini menjadi magnet bagi visitor dari beragam wilayah, sekaligus mendorong perkembangan kota Älmhult dari desa mini menjadi pusat aktivitas.
Berawal dari Anak Muda Berusia 17 Tahun
Nama IKEA mungkin sekarang identik dengan furnitur bergaya minimalis, fungsional, dan terjangkau. Tapi siapa sangka, raksasa ritel asal Swedia ini justru berasal dari seorang anak muda pemalu dan penuh rasa mau tahu dari desa mini Älmhult.
Dialah Ingvar Kamprad, pendiri IKEA, nan membangun kerajaan upaya dunia dari benih-benih kreativitas, daya juang, dan warisan family nan unik.
Lahir pada tahun 1926, Ingvar tumbuh dalam family sederhana di pedesaan Swedia Selatan. Ia dibesarkan di Majtorp, rumah ibunya Berta—seorang wanita handal dan penuh akal. Bersama adik perempuannya, Kerstin, dan ayahnya, Feodor, dia hidup dalam lingkungan nan mendidik anak-anak untuk hemat, mandiri, dan berpikir kreatif.
Sejak kecil, Ingvar terbiasa bermain di toko kakek dari pihak ibu, CB Nilsson, nan menjual mulai dari paku hingga dinamit. Di sinilah daya khayalan dan hatikecil dagangnya tumbuh. Sementara dari sisi ayahnya, warisan karakter keras kepala dan kegigihan mengalir dari sang nenek, Franziska, imigran Jerman nan mempertahankan pertanian family meski ditinggal suami secara tragis.
Kedua sosok wanita kuat inilah—Berta dan Franziska—yang kemudian memberi dorongan besar pada mimpi upaya Ingvar. Sementara sang ayah, Feodor, mengajarinya pentingnya kerja keras dan efisiensi dalam pengelolaan lahan family di Elmtaryd.
Sejak usia 10 tahun, Ingvar mulai mencari langkah untuk menghasilkan uang. Ia menjual korek api, kartu Natal, majalah, hingga ikan hasil pancingannya sendiri. Tak puas hanya dengan memancing, dia belajar memasang jaring agar hasilnya lebih efisien. Untuk itu, dia meminta modal dari ayahnya dengan perjanjian bagi hasil—kerja sama upaya pertamanya.
Bisnis mini ini berkembang pesat. Ia membeli sepeda untuk memperluas area distribusinya, serta mesin ketik untuk mencatat pelanggan. Bahkan saat berguru di pondok Osby, dia menyimpan stok dagangan seperti ikat pinggang dan arloji di bawah tempat tidurnya untuk dijual kepada teman-teman.
Mulai Membangun IKEA di Usia 17 Tahun
Pada tahun 1943, di usia 17 tahun, Ingvar memutuskan mendirikan perusahaannya sendiri. Ia memberi nama IKEA, akronim dari Ingvar Kamprad Elmtaryd Agunnaryd—menggabungkan nama dirinya, pertanian keluarganya, dan desa tempat tinggalnya.
Dengan bingkisan duit dari sang ayah untuk bayar biaya registrasi, IKEA resmi berdiri pada 28 Juli 1943. Fokus awalnya adalah menjual barang-barang mini melalui sistem pesanan lewat pos.
Namun, Ingvar tak puas hanya menjadi pedagang. Ia mulai mempertanyakan: Jika sebuah pensil hanya seharga separuh öre dari pabrik, kenapa nilai jualnya bisa 20 kali lipat? Dari sinilah, visinya terbentuk: memotong rantai pengedaran dan menawarkan produk langsung ke pengguna dengan nilai serendah mungkin.
Gagasan sederhana inilah nan kemudian merevolusi industri furnitur dunia. IKEA tak hanya menjual produk rumah tangga—tetapi menciptakan pengalaman berbelanja nan menyenangkan, efisien, dan terjangkau. Mulai dari kreasi datar untuk efisiensi pengiriman, hingga toko ritel besar nan juga menyuguhkan makanan unik Swedia.
Kini, IKEA datang di lebih dari 50 negara dan melayani jutaan pengguna setiap tahun.