ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Harga logam mulia alias emas Antam hingga saat ini tetap saja terus bergerak naik. Mengutip info diagram nilai logam mulia Antam, Selasa (1/4/2025), pergerakan harganya hingga hari ini ada di level Rp 1.524.000-1.806.000 per gram.
Dengan rentang pergerakan tersebut, maka nilai emas hari ini telah mengalami kenaikan sebesar 18,5% alias nyaris 20% dari awal tahun hingga saat ini. Artinya, jika Anda baru membeli emas sebanyak 10 gram pada awal tahun dengan nilai Rp 1.524.000/gram, maka nilai tabungan emas Anda saat ini telah bertambah sekitar Rp 2.820.000 dalam tiga bulan.
Adapun nilai emas Antam saat ini merupakan rekor termahal sepanjang sejarah. Harga emas nan hari ini ada di level Rp 1.806.000 per gram naik Rp 14.000 per gram pada Sabtu (29/3) kemarin. Untuk diketahui sebelumnya nilai emas tertinggi sepanjang masa berada di level Rp 1.792.000 per gram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di level internasional, nilai emas juga mencapai rekor tertinggi di atas US$3.100 per ons pada Senin (31/3). Capaian ini melanjutkan tren kenaikan nan signifikan.
Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjendra, menyebut kenaikan nilai emas ini didorong oleh kekhawatiran pasar atas ketidakpastian ekonomi. Terlebih adanya potensi perang jual beli akibat tarif nan diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Potensi nilai emas tembus ke level Rp 2 juta per gram pun sangat terbuka.
"Sentimen negatif tetap besar di market lantaran dipicu oleh potensi perang jual beli akibat kebijakan tarif AS nan baru bisa berujung pada kenaikan harga-harga dan pelambatan ekonomi, meningkatnya eskalasi di Timur Tengah dan perdamaian nan tidak kunjung terjadi antara Rusia dan Ukraina," beber Ariston pada Jumat (28/3) lalu.
Analis Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong juga memprediksi nilai emas bisa tembus Rp 2 juta per gram akibat kekhawatiran atas ketidakpastian ekonomi. Potensi ini terbuka lantaran nilai emas internasional terus mengalami kenaikan.
"Bisa banget, nilai emas internasional naik terus oleh kekhawatiran resesi terutama di AS oleh kebijakan tarif Trump. Juga kemauan Trump mengambil alih Kanal Panama dan menganekasai Kanada serta Greenland nan belum surut," beber Lukman.
(eds/eds)