ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Nilai tukar rupiah terapresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) usai info inflasi AS nan melandai apalagi di bawah ekspektasi pasar.
Merujuk Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat (11/4/2025) ditutup pada posisi Rp16.790/US$, rupiah alias menguat 0,03%. Posisi ini selaras dengan penutupan perdagangan kemarin (10/4/2025) nan ditutup pada level Rp16.795/US$ alias menguat 0,39%.
Sementara secara mingguan, rupiah tetap condong terkoreksi sebesar 1,42%.
Di sisi lain, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 14:54 WIB turun 0,92% di nomor 99,94 Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin nan berada di nomor 100,87.
Penguatan rupiah terjadi seiring dengan depresiasi the greenback nan terus terjadi beberapa hari terakhir.
Penurunan DXY ditengarai inflasi AS nan kian melandai. Pada Kamis malam kemarin, tercatat tingkat inflasi tahunan di AS mereda untuk bulan kedua berturut-turut menjadi 2,4% (year on year /yoy)pada Maret 2025, level terendah sejak September, turun dari 2,8% pada Februari, dan juga lebih rendah dari perkiraan sebesar 2,6%.
Di sisi lain, sentimen terhadap gejolak tarif Trump mulai mereda setelah diputuskan menunda tarif nan lebih tinggi selama 90 hari untuk sebagian besar negara, sebuah pembalikan mengejutkan dalam perang dagangnya nan telah mengguncang pasar secara drastis.
Dalam sebuah unggahan di platform X sekitar pukul 13:30 waktu setempat, Trump menulis bahwa dia mengambil keputusan tersebut lantaran lebih dari 75 mitra jual beli tidak melakukan pembalasan dan telah menghubungi AS untuk "membahas" beberapa rumor nan telah dia angkat sebelumnya.
Hal ini nan membikin rupiah tampak perkasa dan condong menguat meskipun tetap belum signifikan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rupiah Dekati Level Terendah, Nyaris Tembus 17.000 per Dolar AS
Next Article Rupiah Menguat Tipis, Harga Dolar Sempat Sentuh Rp15.900