ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Pelemahan nilai tukar rupiah diproyeksikan tetap bakal terus berlanjut. Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo mengatakan kita kudu hidup dan berbaikan dengan keadaan ini.
"Saya rasa kita kudu hidup dan berbaikan dengan situasi seperti sekarang memang konteksnya adalah tekanan terhadap rupiah belum selesai. Jadi jika itu diartikan menguat, sepertinya tidak. Tapi diartikan bahwa ada potensi dimana kita memandang rupiah itu record breaking untuk terjadi pelemahan berikutnya," ujar Banjaran saat ditemui di Tjikini Lima, Rabu (23/4/2025).
Dalam perihal ini, dia mengatakan kebijakan Dana Hasil Ekspor (DHE) pemerintah kudu lebih dioptimalkan lagi. Baik dengan memperpanjang masa penahanannya DHE itu, alias dengan menerapkan kebijakan lain nan memastikan devisa dapat masuk.
Menurut Banjaran, perihal ini menjadi tantangan nan kudu ditanggung bersama. Sebab, ada kekhawatiran bahwa rekor ekspor Indonesia nan positif selama 58 bulan bakal terhenti imbas perang jual beli nan diinisiasi Amerika Serikat (AS).
"Tapi di info terakhir kan ekspor kita tetap positif. Memang sekarang, pasti jika di bumi upaya itu, selalu ada opportunity di tiap ketidakpastian, di tiap tantangan. Dan ini PR kita berbareng gimana nan pertama, satu, mencari pasar ekspor baru," terang Banjaran.
Ia menyorot gimana Indonesia sudah mendapatkan pasar ekspor baru dalam komoditas kelapa sawit, dengan mulai merambah ke India hingga China. Banjaran mengatakan strategi semacam inilah nan kudu diandalkan.
"Karena sekarang posisinya adalah intervensi nan dilakukan oleh Bank Indonesia di non-delivery forward itu sudah dilakukan dari 2 April dan tetap terus dilakukan. Dan saya concern mengenai dengan seberapa jauh candangan devisa kita ini bakal cukup kuat untuk terus-terusan melakukan intervensi di non-delivery forward," pungkasnya.
Merujuk Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu (23/4/2025) ditutup pada posisi Rp16.860/US$ alias terkoreksi 0,06%. Pelemahan ini terjadi pasca Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku kembang acuannya di posisi 5,75%.
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: BI Lagi-lagi Tahan Suku Bunga Acuan di Level 5,75%
Next Article Rupiah Keok Lagi, Nilai Tukar Dolar AS Sudah Tembus Rp 16.060