Review Film: Dark Nuns

Sedang Trending 3 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

img-title Endro Priherdityo

Dark Nuns mempunyai segmen puncak nan intens, tapi untuk mendapatkan perihal itu, penonton mesti berjuang menyusuri 'kegelapan' ceritanya.

Jakarta, detikai.com --

Awalnya saya merasa, Dark Nuns menarik hanya pada dua aspek: kemunculan kembali Song Hye-kyo, dan kisah eksorsisme nan dilakukan oleh suster Katolik nan notabenenya sering digambarkan sekadar pendamping Pastor dalam tim pengusiran setan.

Dua pendapat itu kemudian digabung oleh penulis Kim Woo-jin dan Oh Hyojin menjadi satu premis nan sangat menggelitik: gimana jika Song Hye-kyo adalah sang pengusir setan? Sungguh pendapat nan sangat kental bakal sarat feminisme sekaligus sensasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga kemudian usai saya menyaksikan spin-off nan juga adalah sekuel movie The Priests (2015) itu, Dark Nuns menempatkan saya pada posisi nan tidak bisa dengan tegas menentukan putusan bulat atas movie ini.

Pertama-tama, Song Hye-kyo menampilkan performa nan apik. Bagi saya, Dark Nuns sebuah comeback nan cukup baik bagi aktris 43 tahun tersebut, meski tak bisa saya bilang ini sampai pada taraf fenomenal.

Saya menyadari peran Song Hye-kyo menjadi Suster Junia tidaklah mudah. Beruntungnya Song Hye-kyo sungguh mengalami perkembangan akting nan positif dalam beberapa tahun terakhir.

Apakah itu berangkaian dengan pengalamannya dalam drama The Glory (2022-2023) nan lebih bermain pada thriller psikologis, alias memang Song Hye-kyo sudah menemukan ladang emasnya dalam berakting, hanya dirinya nan tahu. nan jelas, Song Hye-kyo terlihat luwes mengendalikan dan memandu pagelaran psikis dari Suster Junia pada movie ini.

Dark Nuns digarap oleh Kwon Hyeok-jae dan mengisahkan dua biarawati nan bekerja sama untuk menyelamatkan seorang anak laki-laki nan dirasuki roh jahat.Review Dark Nuns: Dark Nuns sebuah comeback nan cukup baik bagi Song Hye-kyo, meski tak bisa saya bilang ini sampai pada taraf fenomenal. (dok. Next Entertainment World)

Hal itu termasuk, Song meresapi dengan betul karakter Pastor Kim dalam The Priests nan diperankan oleh Kim Yoon-seok. Bahkan, saya merasa Suster Junia adalah Pastor Kim dalam corak perempuan.

Namun saya sepakat dengan nan dikatakan Song Hye-kyo dalam bertemu media Dark Nuns beberapa waktu lalu, dia tak bakal bisa tampil dengan luwes memerankan karakter itu jika tak ada Jeon Yeo-been nan menjadi Suster Michaela.

Jeon Yeo-been tak kalah mulus dalam memerankan suster Katolik nan skeptis soal eksorsisme dan berperangai seperti robot itu. Bahkan, Jeon bisa menjadi penyeimbang penampilan Song Hye-kyo.

Seiring dengan perjalanan lama film, Jeon bisa menampilkan perkembangan karakter Suster Michaela nan cukup kompleks hingga kemudian mempunyai chemistry nan kuat dengan Suster Junia (Song Hye-kyo).

Bahkan saya merasa perkembangan karakter Suster Michaela ini adalah nan paling terasa dari seluruh karakter nan ada di dalam Dark Nuns.

Selain duo sister act tersebut, Moon Woo-jin sebagai Hee-joon juga menunjukkan peluangnya sebagai calon tokoh berbakat masa depan. Walaupun, saya sebenarnya tetap lebih memilih performa Park So-dam menjadi Young-shin dalam The Priests (2015).

Hal lain nan saya suka dari Dark Nuns ini adalah set produksi nan digunakan dalam movie ini. Kwon Hyeok-jae terbilang berani menggunakan letak nan beragam dengan tidak melupakan aspek dramatisasi nan disajikan sejak awal.

Dark Nuns digarap oleh Kwon Hyeok-jae dan mengisahkan dua biarawati nan bekerja sama untuk menyelamatkan seorang anak laki-laki nan dirasuki roh jahat.Review Dark Nuns:Jeon Yeo-been tak kalah mulus dalam memerankan suster Katolik nan skeptis soal eksorsisme dan berperangai seperti robot itu. (dok. Next Entertainment World)

Meski begitu, saya sejujurnya tidak bisa dengan mudah untuk masuk ke dalam cerita nan sudah ditulis Kim Woo-jin dan Oh Hyojin.

Duo penulis tampak terasa berada di antara posisi nan gamang, antara mengikuti pola nan sudah dibuat Jang Jae-hyun dalam The Priests alias untuk berkembang secara organik.

Sayangnya, cerita nan saya anggap tak mulus tersebut semakin dibuat rumit dengan segala penelitian nan digunakan Kwon Hyeok-jae. Mulai dari gimana Kwon mengorkestrasi alur cerita, hingga perihal perincian seperti caranya mengambil gambar.

Saya terganggu dengan beberapa perspektif pengambilan gambar oleh Kwon. Saya seolah menyaksikan movie nan proyektornya tertutup barang tertentu sehingga keseluruhan segmen tak bisa saya lihat dengan leluasa.

Selain itu, saya juga tak mengerti argumen Kwon menggunakan sejumlah penelitian pada cerita nan sebenarnya sudah cukup rumit untuk dicerna, terutama bagi mereka nan mungkin tidak memandang alias terlupa bakal kisah The Priests (2015).

Pada aspek penuturan inilah nan menurut saya sebagai kejanggalan paling besar dari Dark Nuns. Para pemain menampilkan tindakan nan terbilang baik dalam menyampaikan karakternya masing-masing, tapi terhalang dari beragam penelitian sok edgy dari penulis juga sutradaranya.

[Gambas:Youtube]

Kejanggalan itu nan menurut saya mengurangi berat pesan unik nan sudah dibawa Dark Nuns sejak awal, ialah untuk menggabungkan daya tarik Song Hye-kyo dengan dobrakan bernuansa feminisme dalam kisah eksorsisme.

Seandainya saya bisa memberikan masukan saat Dark Nuns ini sedang digarap, mungkin saya bakal menyarankan Kwon dan duo penulis mengurangi ambisi mereka dalam bereksperimen, serta memperkuat alur cerita serta gimik sehingga penonton bakal bisa ikut memahami gimana pelik situasi nan dihadapi Suster Junia.

Apalagi baik Kwon, duo penulis, Song Hye-kyo, dan Jeon Yeo-been terbilang sukses melakukan segmen puncak nan sangat intens. Hanya saja, untuk mendapatkan perihal itu, penonton sungguh kudu berjuang untuk tidak tersesat dalam 'kegelapan' cerita Dark Nuns.

(end/end)

Selengkapnya