ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat alias United States Trade Representative (USTR) menyoroti peran Perum Bulog dalam impor pangan. Melalui laporan tahunan 2025 National Trade Estimate Report on Foreign Trade Barriers, USTR menilai Bulog dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) terlalu mendominasi dalam impor pangan, seperti beras, jagung pakan, dan kedelai.
Salah satu patokan nan disoroti adalah pembatasan Perum Bulog untuk mengimpor beras selama panen raya. Sementara perusahaan swasta hanya diizinkan impor beras pecah 100% dan beras khusus, beras basmati, untuk ritel dan jasa makanan.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah menugaskan Perum Bulog untuk importasi untuk menjaga persediaan pangan pemerintah. Penugasan ini dinilai mempunyai kewenangan eksklusif nan dimiliki Bulog.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi inilah nan menjadi sorotan USTR lantaran dinilai dapat memicu halangan perdagangan hingga berpotensi mempersulit akses pelaku upaya asing, termasuk dari AS ke pasar pangan Indonesia.
Saat ditanya mengenai perihal tersebut, Direktur Pengadaan Perum Bulog, Prihasto Setyanto mengatakan selama ini Perum Bulog bekerja berasas penugasan nan diberikan oleh pemerintah. Dia mengembalikan tuduhan tersebut kepada USTR.
"Tanyain sama nan menuduh. Sekali lagi, Bulog kan bekerja atas dasar penugasan," kata Prihasto di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Selasa (29/4/2025).
Dia berulang kali menekankan Bulog hanya menjalankan kebijakan pemerintah. "Saya nggak bilang nggak masuk akal. nan saya bilang adalah Bulog bekerja atas dasar penugasan. Kalau Bulog ditugaskan begini, kita bergerak sesuai penugasan kan," imbuh dia.
Saat ditanya lebih lanjut apakah ada selain Bulog nan ikut mengimpor beras, Prihasto enggan memberikan jawaban tegas.
"Saya nggak mengawasi sampai ke sana. Artinya, sementara ini kita melaksanakan tugas gitu," terang Prihasto.
(rea/ara)