ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Nova (29), penduduk Pulau Tidung mempunyai peran unik sebagai pemasok BRILink. Ia tak menyangka bahwa dirinya bakal berhadapan langsung dengan korban penipuan.
Nova menjadi pemasok BRILink sejak tahun 2016 dengan nama 'Agen BRILink Sugiono'. Ia termasuk sepuh dalam daftar ini lantaran saat itu jumlah pemasok hanya 3 orang saja. Layanan utama nan disediakan adalah tarik tunai, setor tunai, tranfer ke beragam bank dan beragam jenis pembayaran.
Penipuan lewat telepon semakin marak dengan kecanggihan teknologi. Dirinya bercerita bahwa dia sering berhadapan dengan korban penipuan dan berupaya untuk menyadarkan mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau orang mau transfer beneran itu tenang, lantaran ada duitnya. Kalau penipuan nggak, dia buru-buru," katanya.
Suatu kali, ada seorang nenek dengan usia sekitar 60an, salah satu penduduk nan dia kenal. Nenek itu datang berbareng cucunya untuk jasa transfer.
"Dia ke sini pagi-pagi, saya berprasangka soalnya waktu dia nunjukin rekenin nan mau di transfer lewat di WhatsApp, teleponnya nyala terus," lanjutnya.
Semakin dilihat, gerak-gerik nenek ini semakin aneh. Ia kemudian pergi dari warung Nova dan melanjutkan teleponnya. Beberapa kali Nova meyakinkan si nenek bahwa transaksinya mencurigakaan. Namun, si nenek bersikeras untuk melakukan transaksi.
Nova pun menyingkirkan pikiran negatif lantaran family nenek itu memang jauh, di luar pulau. Ia mencoba berpikir positif bahwa duit itu dikirim untuk anaknya.
"Dia minta kirim berapa juta gitu. Nah, udah selesai pagi, dia datang lagi pas malem," ungkap wanita keturunan Jawa Timur itu.
Kali ini agak lain, si nenek mau transfer tapi berhutang terlebih dahulu. Nova dengan tegas menolak, apalagi jumlahnya Rp 3 juta.
"Si nenek keukeuh, saya nggak kasih. Terus dia pergi cari pemasok lain di area barat," katanya.
Paginya, pemasok nan berada di barat datang ke tempat Nova. Ia bercerita bahwa si nenek datang ke tempatnya dan minta berhutang. Si pemasok menyanggupi dan melakukan transfer tanpa ragu. Tak sangka, begitu ditagih pagi itu, si nenek mengaku tidak punya uang.
Selidik punya selidik, si nenek jadi korban penipuan. Nova kaget, nenek itu sukses dikuras sampai Rp 13 jutaan.
Belajar dari pengalaman, korban penipuan kedua datang pada Nova. Korbannya seorang wanita muda nan mau melakukan transfer antar bank. Saat itu Nova sedang sakit, suaminya menggantikannya melayani di warung.
"Dia mau transfer sekitar Rp 3-4 jutaan, suami nanya uangnya mana, tapi dia bilang mau dapet bingkisan jadi kudu transfer dulu," katanya.
Ia tahu betul bahwa ini adalah penipuan. Nova nan sakit mencoba menggagalkannya. Suaminya diminta untuk tidak melakukan transaksi lantaran skenario penipuan seperti ini sering terjadi. Namun si korban bersikukuh, dia sampai memberikan KTP sebagai jaminan.
"KTP buat apa, saya nggak kasih. Terus dia bawa motor, saya bilang tahan motor, ya udah dikasih sama dia," katanya.
Esok paginya, abang dari korban datang untuk bayar hutang. Mereka tidak menjelaskan tentang penipuan tersebut, namun itu bukan masalah buat Nova, nan krusial hutangnya dibayar.
Selain jasa pembayaran, penduduk kerap datang untuk melakukan penarikan support anak sekolah lewat KJP. Anak Sekolah Dasar (SD) mendapat support Rp 225.000, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Rp 375.000, Sekolah Menengah Atas (SMA) Rp 500.000 per enam bulan. Sementara support untuk lansia diberikan per tiga bulan dengan jumlah Rp 600.000.
"Kalau satu rumah punya anak dan orang tua usia lanjut, udah berapa itu nariknya. Pernah ada nan sekali narik Rp 2,5 juta," ungkapnya.
Dalam sehari, Nova bisa menghabiskan saldo Rp 20 jutaan. Kalau ramai dengan musim bantuan, bisa tembus Rp 30 jutaan. Belum lagi musim pelelangan ikan, di mana nelayan sering tarik tunai sampai Rp 20 jutaan. Total modalnya sampai Rp 80 jutaan.
"Terima kasih kepada BRI, adanya pemasok ini jadi mempermudah transaksi penduduk kapan pun. Nggak perlu nunggu kapal di hari Kamis," pungkasnya.
Perkembangan Nova dicatat dan diapresiasi oleh BRI. Ryan(35) sebagai mantri nan bertanggungjawab merasa bangga dan puas dengan pencapaian jasa nan dilakukan oleh Nova.
"Jadi mbak Nova ini anaknya Ibu Kukut nan jualan Soto Lamongan. Usaha family ini mendapat support dari BRI," jelasnya.
Hal ini juga diperjelas oleh Panca Haryono(39) Supervisor BRI di Unit Kencana Pluit nan membawahi pengguna di Kepulauan Seribu. Dulu pengembangan pemasok BRILink memang masif, tapi sekarang sengaja dikurangi.
"Sekarang konsentrasi ke nan aktif dan transaksi besar," ungkapnya.
Selain itu pemasok BRILink juga menjadi salah satu program nyata BRI dalam mengembangkan cashless, nan mana dimaksimalkan semenjak Covid-19.
"Dan lagi digitalisasi ini menghindari peredaran duit palsu," pungkasnya.
(bnl/hns)