ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Ramai warganet di media sosial X membahas perubahan siklus menstruasi selama bulan Ramadan. Banyak dari mereka mengaku telat menstruasi selama memasuki bulan Ramadan ini. Mereka menduga ini berangkaian erat dengan perubahan pola makan nan terjadi selama bulan Ramadan.
"guys ini seluruh wanita diindonesia pada telat menstruasi semua kah?" kata pemilik akun X @a***ann***y.
"Kalian ngerasa ga kalo bulan ramadhan mens jd telat tapi udah ngerasain nyeri pinggang perut dan semua rasa sakit mens tapi ga ada darah nan keluar. Udah dua harian ngerasa nyeri di area pinggang dan sekitar tapi ga haid-haid:). Ada nan sama ga? Ga pernah serindu ini sama mens," ujar netizen lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkaitan dengan perihal tersebut, ahli obstetri dan ginekologi dr Muhammad Fadli, SpOG menjelaskan perubahan pola makan selama bulan Ramadan memang dapat berpengaruh pada siklus menstruasi seseorang. Meskipun kompleks, perubahan pola makan nan terjadi selama Ramadan dapat mempengaruhi hormon-hormon nan berangkaian dengan menstruasi.
Defisit kalori nan terjadi selama bulan puasa, dapat mempengaruhi kadar estrogen dalam tubuh, sehingga mempengaruhi siklus haid. Ia menyebut perubahan waktu rehat selama Ramadan juga dapat mempengaruhi perihal ini.
"Jam makan kan kita sahur, buka, gitu ya, maka kita juga beragama di bulan puasa mungkin waktu rehat kita bakal sedikit berkurang. Maka dengan kurangnya beristirahat, maka keluarlah hormon stres, alias kortisol," ucap dr Fadli ketika dihubungi detikaicom, Jumat (14/3/2025).
"Stres alias hormon kortisol ini meningkat ini bisa mempengaruhi hormon-hormon lain untuk menstruasi nan FSH (Follicle-Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) nan menyebabkan gangguan ovulasi," sambungnya.
Pun sebaliknya, kecenderungan orang-orang 'balas dendam' dan makan lebih banyak selama bulan puasa juga dapat mempengaruhi pola haid. Ini disebabkan oleh penumpukan lemak berlebih nan terjadi pada tubuh.
"Jadi jikalau mau ada penurunan berat badan, pasti dilakukan secara nan wajar sehingga tidak sampai mempengaruhi hormon dalam tubuh," sambungnya.
Meski demikian, dr Fadli mengingatkan puasa selama Ramadan memberikan faedah nan sangat besar untuk tubuh. Perubahan ini menurutnya sedikit menunjukkan masyarakat mungkin sudah overeating alias terlalu banyak makan selama ini.
Terlebih, jenis makanan nan banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia condong mengandung karbohidrat berlebih.
"Tapi kembali lagi berpuasa memang ini banyak terjadi nan bagus-bagus untuk kita dan semestinya dia tidak bakal mempengaruhi pola menstruasi nan sedemikian rupa," jelasnya.
"Malah lebih bagus menurunkan kadar lemak, adiposa dalam tubuh, nan mana jika kadar adiposa kadar lemak nan cukup banyak ini bisa bikin estrogen level meningkat, nan bisa mempengaruhi pola haidnya juga," tandas dr Fadli.
(avk/kna)