Ramai Klaim Tas Mewah Hermes Hingga Lv Made In China, Ini Faktanya

Sedang Trending 5 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, detikai.com - Akhir-akhir ini, sejumlah tas dari rumah mode Eropa kelas atas seperti Hermès, Louis Vuitton, alias Prada menjadi pemberitaan nan ramai di konten TikTok. Hal ini menyusul kontroversi tarif jual beli dari Presiden AS Donald Trump.

Dalam unggahan nan viral di sosial media, sejumlah konten pembuat mengaku kebanyakan dari peralatan mewah tersebut sebetulnya diproduksi di China sebelum akhirnya dikirim ke Eropa dan dilabeli 'made in France' alias 'made in Italy'.

Seorang TikToker berjulukan Wang Seng, nan berbincang atas nama produsen tas China, menyatakan bahwa 80% tas mewah di bumi dibuat di negaranya.

Seng menyatakan bahwa merek-merek mewah seperti Hermes hingga Louis Vuitton membawa tas nan nyaris jadi kembali ke negara mereka sendiri untuk melakukan pengemasan ulang dan pemasangan logo.

Menurut Seng, metode inilah nan semestinya membikin tas-tas tersebut tampak seperti 'buatan Italia' alias 'buatan Prancis'.

Seng, serta TikToker lainnya, menyatakan bahwa mereka bekerja untuk produsen peralatan original (OEM) untuk merek-merek mewah - produsen peralatan original membikin produk nan kemudian dijual oleh perusahaan-perusahaan lain dengan nama mereka sendiri.

Dalam video-video lain, sejumlah TikToker mendorong pembeli daring untuk mendukung pabrik-pabrik China dan membeli barang-barang langsung dari mereka. Apalagi dengan adanya tarif impor 145% nan diterapkan AS untuk China nan dipastikan bakal membikin sejumlah nilai peralatan menjadi luar biasa mahal.

Benarkah klaim para TikToker China tersebut?

 A man walks past a store of luxury goods retailer Hermes one day before the opening session of the National People's Congress (NPC) in Beijing, China March 4, 2019. REUTERS/Thomas Peter/File PhotoFoto: Hermes (REUTERS/Thomas Peter)

Bertentangan dengan apa nan diklaim beberapa TikToker, ada patokan ketat nan mengatur langkah pelabelan produk Eropa. Sebab untuk menyandang gelar 'Made in France' alias 'Made in Italy', transformasi substansial terakhir suatu produk juga kudu terjadi di negara tempat produksi.

Merek-merek mewah menyadari perihal ini dan di situs web mereka, Hermès mencantumkan letak tempat mereka memproduksi dan membikin produk - tidak satu pun di antaranya berada di China. Hal nan sama bertindak untuk Louis Vuitton.

Jurnalis investigasi Noëmie Leclercq mengatakan kepada EuroVerify bahwa ada juga peralatan mewah nan mempunyai tahap produksi di China, umumnya merek nan dianggap berada di kelas bawah spektrum peralatan mewah, seperti Ralph Lauren alias Prada.

Namun, dia ragu perihal nan sama terjadi pada merek seperti Hermès, nan berada di kelas atas spektrum peralatan mewah.

"Kendati industri ini diselimuti kerahasiaan, tidak ada merek nan dapat saya katakan 100% tidak diproduksi di China, mereka mempunyai semua gerai di sana dan itu adalah pasar nan sangat bergerak hingga baru-baru ini. Jadi, mereka jelas mempunyai fasilitas, pabrik, gerai penjualan, dan sebagainya," paparnya.

Namun, mengenai video TikTok nan viral, Leclercq percaya bahwa sebagian besar produk nan ditampilkan oleh pembuat konten adalah peralatan palsu.

"Pemerintah China telah bergerak ke arah mendorong produksi peralatan tiruan dalam upaya untuk membalas tarif AS. Ini terjadi lantaran mereka mengubah arah norma nan bertindak di bagian kekayaan intelektual," kata Leclercq kepada Euronews.

Menurut Leclercq, sudah menjadi perihal nan lumrah bagi produksi peralatan tiruan untuk menjadi perangkat geopolitik.


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Di Balik Layar Pabrik Maklon Kosmetik Korea

Next Article Alasan Orang China Dulu Punya Rambut Setengah Botak & Kepang

Selengkapnya