ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Sejumlah perusahaan minyak dan gas bumi dunia membukukan rapor merah dari sisi finansial sepanjang 2024.
Gejolak nilai komoditas nan volatil dan margin untung nan kian menipis membikin sejumlah raksasa migas kudu puas dengan raihan untung nan lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelum.
Berikut keahlian sejumlah perusahaan migas dunia nan telah merilis laporan finansial 2024:
BP
Perusahaan migas asal Inggris, BP, mencatatkan untung bersih senilai US$381 juta, ambruk 97% dibandingkan dengan untung bersih pada 2023 senilai US$15,2 miliar.
Dalam pernyataan nan menyertai laporan finansial terbaru, CEO Murray Auchincloss mengatakan bahwa BP telah melakukan "perombakan" portofolio dengan "kemajuan nan kuat" dalam pemangkasan biaya serta rencana restrukturisasi lebih lanjut ke depan.
"Kami sekarang berencana untuk melakukan reset esensial dalam strategi kami dan mendorong peningkatan keahlian lebih lanjut, semuanya demi meningkatkan arus kas dan imbal hasil. Ini bakal menjadi arah baru bagi BP," ujar Auchincloss.
Perusahaan-perusahaan minyak raksasa menghadapi perubahan tren sepanjang tahun lalu, seiring dengan nilai minyak mentah nan turun setelah sebelumnya sempat naik akibat invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 serta hukuman dari negara-negara Barat dan G7 terhadap ekspor minyak Moskow.
Dalam pembaruan perdagangan Januari lalu, BP mengingatkan bahwa perusahaan menghadapi biaya korporasi nan lebih tinggi, margin penyulingan kuartal keempat nan lebih rendah, serta biaya satu kali mengenai dengan akuisisi bio-etanolnya.
Shell
Perusahaan Inggris lainnya, Shell, juga bernasib sama. Shell membukukan untung tahunan sebesar US$23,72 miliar pada 2024, turun 19% dari US$28,25 miliar nan dicatatkan tahun sebelumnya. Hasil ini berada di bawah ekspektasi analis, nan dalam konsensus LSEG sebelumnya memperkirakan untung Shell mencapai US$24,71 miliar, sementara survei terpisah oleh Vara Research memprediksi nomor US$24,11 miliar.
CEO Shell, Wael Sawan, dalam wawancara dengan CNBC menggambarkan 2024 sebagai tahun nan sangat kuat bagi perusahaan. Ia menegaskan bahwa Shell sukses membangun fondasi untuk menjalankan seluruh rencana nan telah dicanangkan.
Chevron
Perusahaan migas asal Amerika Serikat (AS), Chevron, juga mencatatkan penurunan untung tahunan sepanjang 2024, kendati membukukan rekor produksi minyak.
Chevron meraih untung tahunan US$17,7 miliar, turun sekitar 17% dibandingkan 2023. Meski demikian, perusahaan ini tetap meningkatkan dividen dan pembelian kembali saham hingga mencapai rekor US$27 miliar.
"Ini adalah tahun nan luar biasa," ujar CEO Chevron, Mike Wirth. "Produksi mencetak rekor, begitu juga dengan pengedaran kas kepada pemegang saham."
Adapun Chevron melampaui perkiraan produksi di Permian Basin, salah satu ladang minyak terbesar di AS nan terbentang di Texas Barat dan New Mexico. Namun, untuk pertama kalinya sejak pandemi COVID-19, Chevron berencana mengurangi shopping modal di wilayah ini pada 2025.
"Tujuannya bukan untuk terus tumbuh selamanya. Pada titik tertentu, nan lebih krusial adalah menghasilkan arus kas bebas nan besar," jelas Wirth. "Pertumbuhan tanpa menghasilkan arus kas bebas adalah kesalahan nan membikin industri ini mengalami krisis satu dasawarsa lalu."
TotalEnergies
Setali tiga uang, raksasa migas asal Prancis, TotalEnergies mencatat untung bersih disesuaikan sebesar US$18,3 miliar untuk tahun penuh 2024, mencerminkan penurunan 21% dari US$23,2 miliar nan dibukukan pada tahun sebelumnya.
Meski demikian, nomor tersebut tetap sedikit lebih tinggi dibandingkan perkiraan para analis. Konsensus nan disusun oleh LSEG sebelumnya memperkirakan untung bersih disesuaikan TotalEnergies untuk 2024 berada di nomor US$18,2 miliar.
Adapun di tengah tren penurunan untung sepanjang tahun, TotalEnergies sukses menutup tahun dengan keahlian kuartal keempat nan lebih baik dari perkiraan. Perusahaan melaporkan untung bersih disesuaikan sebesar US$4,4 miliar untuk kuartal IV 2024, naik 8% dibandingkan kuartal sebelumnya.
TotalEnergies menyebut bahwa keberhasilan ini didorong oleh keahlian kuat di segmen gas alam cair (LNG) terintegrasi serta sektor tenaga listrik terintegrasi.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Warga RI Diminta Punya Asuransi Swasta, Asuransi Syariah Siap Penuhi
Next Article BP Mau Lego Bisnis Energi Hijau di AS Rp 31 Triliun, Ada Apa?