ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Produsen mobil terbesar bumi Toyota mengumumkan prospek nan jauh lebih suram, setelah kuartal sebelumnya untung besar akibat nilai tukar yen nan lebih lemah serta kenaikan permintaan dari Amerika Serikat.
Saat ini ini kondisinya diperkirakan berbalik arah. Melansir The New York Times, Toyota memproyeksikan bahwa untung operasinya bakal turun seperlima untuk tahun fiskal nan berhujung pada bulan Maret. Perusahaan menyebut penurunan untung diakibatkan oleh nilai tukar yen nan lebih kuat dan memperkirakan kerugian US$ 1,3 miliar alias setara Rp 21,46 triliun (asumsi kurs Rp 16.511/US$) akibat tarif nan dikenakan Donald Trump pada bulan April dan Mei saja.
Di luar dua bulan tersebut, dampaknya "sangat susah untuk diperkirakan," kata kepala pelaksana Toyota, Koji Sato.
Ketidakjelasan perkiraan Toyota menggarisbawahi gimana gejolak agenda tarif Trump mengguncang industri otomotif dan membikin banyak perusahaan dunia tidak dapat memperkirakan prospek masa depan. Tarif 25% untuk impor kendaraan ke Amerika Serikat, nan diterapkan awal bulan lalu, diperluas ke suku cadang mobil minggu lalu.
Kondisi apes nan dialami Toyota akibat tarif juga menyoroti kesulitan nan dihadapi Jepang dalam negosiasi nan sedang berjalan dengan pemerintahan Trump.
Sebelumnya, Ryosei Akazawa, utusan utama Tokyo untuk perundingan tarif, baru-baru ini mengatakan bahwa tarif baru AS merugikan salah satu produsen mobil Jepang sebesar US$ 1 juta (Rp 16,51 miliar) per jam. Namun negosiasi melangkah lambat lantaran Washington telah mengisyaratkan bahwa tuntutan utama Jepang - pengecualian dari tarif otomotif - tidak dapat dinegosiasikan.
Para ahli ekonomi dan pejabat mengkhawatirkan akibat potensial tarif nan lebih luas terhadap ekonomi Jepang, lantaran produsen mobil dan jaringan pemasok suku cadang mereka nan luas merupakan tulang punggung produksi industri di Jepang. Minggu lalu, bank sentral Jepang memangkas lebih dari separuh perkiraan pertumbuhan ekonominya, dengan argumen pengenaan tarif "tingkat nan belum pernah terjadi sebelumnya" oleh Amerika Serikat.
Pernyataan Toyota pada hari Kamis menunjukkan periode nan menantang bagi industri otomotif Jepang secara keseluruhan, terutama lantaran sebagian besar analis menganggap Toyota sebagai salah satu produsen mobil Jepang nan paling kuat menghadapi tarif Trump.
Produsen mobil di luar Jepang juga mengantisipasi kesulitan. Minggu lalu, General Motors menurunkan perkiraan untung tahun 2025 lebih dari 20 persen, dengan argumen kenaikan biaya nan diproyeksikan sebesar $4 miliar alias lebih tahun ini lantaran tarif Trump. Banyak produsen mobil Eropa nan menunda perkiraan finansial mereka untuk tahun 2025 lantaran ketidakpastian tarif.
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Efek Penundaan Tarif Impor Terhadap IHSG & Rupiah
Next Article Keluar Penjara, Orang Ini Bikin Astra & Jadi Raja Otomotif RI