ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Bagi bangsa Babilonia kuno, eklips bulan bukan sekadar kejadian alam, tapi dianggap sebagai isyarat datangnya musibah besar, semacam "kiamat bulan". Untuk itu, mereka mengembangkan semacam pengetahuan membaca pertanda dari gambaran nan menutupi Bulan, dan mencatat hasil pengamatan itu secara rinci.
Catatan-catatan antik ini, nan ditulis dengan aksara paku sekitar 4.000 tahun lampau pada awal milenium kedua SM, memuat beragam ramalan berasas pola gerhana. Empat tablet bertuliskan ramalan tersebut sekarang sukses diuraikan setelah lebih dari seratus tahun tersimpan di British Museum.
Menyajikan terjemahan mereka dalam sebuah studi baru, para peneliti mengungkapkan gimana beragam fitur eklips dapat digunakan untuk meramalkan peristiwa di masa depan.
Dengan mengawasi waktu dan tanggal eklips bulan, serta pergerakan gambaran Bumi di Bulan, para penasihat kerajaan dapat meramalkan malapetaka besar nan telah ditakdirkan untuk seorang raja. Misalnya, lempengan-lempengan itu mengungkapkan bahwa "gerhana pada masa pagi" menandakan berakhirnya sebuah dinasti di kota Akkadia di Mesopotamia.
"Astrologi Babilonia adalah bagian pengetahuan ramalan akademis nan didirikan atas kepercayaan bahwa peristiwa-peristiwa di langit adalah tanda-tanda terkode nan ditempatkan di sana oleh para dewa sebagai peringatan tentang prospek masa depan orang-orang di Bumi," tulis para penulis studi tersebut, dikutip dari IFL Science, Jumat (30/5/2025).
Dengan demikian, pengamatan astrologi merupakan bagian dari metode rumit untuk melindungi raja dan mengatur perilakunya agar sesuai dengan kemauan para dewa.
Dengan merujuk silang beragam fitur eklips dengan "korpus akademis teks-teks pertanda langit", para penasihat kerajaan dapat menguraikan pertanda langit dan membantu raja menghindari malapetaka.
Teks-teks nan dianalisis oleh para penulis studi tersebut diyakini berasal dari kota Babilonia antik Sippar, nan terletak di Irak modern.
Pertanda lain nan tertulis pada prasasti tersebut menjelaskan bahwa "gerhana pada waktu jaga malam... menandakan pandemi penyakit," sementara catatan nan khususnya menakut-nakuti menyatakan bahwa "[jika] eklips terjadi pada arah nan salah... tidak ada nan bakal terhindar, Banjir Besar bakal terjadi di mana-mana."
Apa nan dimaksud oleh para astronom antik dengan "arah nan salah" tidak jelas, meskipun para peneliti mengatakan bahwa ini mungkin berasosiasi dengan skenario di mana cakram bulan "entah gimana dinilai menghadap ke arah nan berlawanan dari nan diharapkan."
Namun, untungnya, para raja tidak menerima nasib mereka begitu saja, lantaran ritual perlindungan dilakukan untuk menangkal pertanda buruk.
Mengutip surat dari seorang peramal kepada Raja Zimri-Lim dari Mari, sebuah wilayah di Mesopotamia, para peneliti mengatakan bahwa pertanda eklips nan tidak menyenangkan dapat diperiksa ulang dengan extispicy nan melibatkan pemeriksaan isi perut hewan,untuk menentukan apakah raja betul-betul dalam bahaya.
"Teks-teks milenium pertama menunjukkan bahwa jika, setelah penyelidikan tersebut, para penasihat raja merasa ancaman itu tetap ada, tindakan dapat diambil untuk membatalkannya, dengan mengidentifikasi kekuatan jahat nan ada di baliknya dan melawannya dengan ritual-ritual apotropaic," jelas para penulis studi tersebut.
Menyoroti pentingnya keseluruhan ukiran-ukiran ini, para peneliti mengatakan, bahwa prasasti mewakili contoh-contoh tertua dari kumpulan pertanda eklips bulan nan pernah ditemukan dan dengan demikian memberikan info baru nan krusial tentang ramalan langit di antara masyarakat Mesopotamia selatan pada awal milenium kedua SM.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Fintech Canggih & Penipuan Kian Pintar, Siapa Lebih Siap?
Next Article 15.000 Ilmuwan Teriak 'Kiamat', Bahkan Sudah Ada Jadwalnya