ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka langsung melesat nyaris 1% pada perdagangan sesi I Rabu (22/1/2025), di mana pasar menanti kebijakan nan bakal diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan berita dari revisi patokan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di dalam negeri.
IHSG dibuka menguat 0,62% ke posisi 7.226,32. Selang lima menit setelah pembukaan sesi I hari ini, penguatan IHSG makin kencang ialah menjadi 0,85% ke 7.242,71.
Nilai transaksi IHSG pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 1,2 triliun dengan volume transaksi mencapai 1,2 miliar lembar saham dan ditransaksikan sebanyak 94.335 kali.
Sejumlah sentimen dari luar dan dalam negeri diperkirakan bakal menggerakkan IHSG hari ini. Sentimen luar negeri datang dari kebijakan Trump sementara dari dalam negeri terdapat revisi patokan Devisa Hasil Ekspor (DHE) serta datangnya musim laporan finansial emiten pada 2024.
Inaugurasi kedua Donald Trump sebagai Presiden ke-47 AS membawa pengaruh nan kompleks terhadap pasar global, termasuk Indonesia.
Trump Effect, istilah nan digunakan untuk menggambarkan akibat kebijakan kontroversial dan pro-bisnis dari Presiden Trump, menjadi sorotan utama investor, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Direktur Capital Market Mandiri Sekuritas, Silva Halim, menyebut bahwa periode kedua Trump menghadirkan apa nan dia sebut "familiar uncertainty." Investor sekarang sudah lebih mengenal pola kebijakan Trump, terutama mengenai proteksionisme perdagangan, sehingga kekhawatiran pasar dunia mulai mereda.
"Dengan valuasi saham IHSG nan menarik dan imbal hasil dividen nan tinggi, kami optimistis bahwa penanammodal bakal tetap tertarik, meski volatilitas di semester pertama mungkin tetap tinggi," ujar Silva dalam konvensi pers Pre-Event Mandiri Investment Forum (MIF) 2025, Selasa (21/1/2025).
Lebih lanjut, Trump 2.0 juga membawa angan baru di sektor daya dan prasarana global, dua area nan menjadi konsentrasi kebijakan pro-growth Presiden Trump.
Meskipun terdapat ancaman inflasi akibat tarif perdagangan nan tinggi, langkah ini dapat meningkatkan kesempatan ekspor Indonesia, terutama di sektor berbasis komoditas.
Data dari CORE Indonesia menunjukkan bahwa proteksionisme Trump justru dapat membuka kesempatan diversifikasi perdagangan ke negara-negara seperti China, terutama untuk produk berbahan dasar serat nabati dan farmasi.
Dari dalam negeri, Revisi patokan DHE diharapkan bisa menjadi senjata baru untuk memperkuat nilai tukar rupiah. Dengan tanggungjawab DHE nan baru diharapkan DHE alias dolar nan selama ini dibawa pergi eksportir ke Singapura alias negara lain bisa kembali ke Indonesia. Pasokan dolar pun diharapkan naik sehingga rupiah lebih tahan terhadap guncangan dari tekanan global.
Seperti diketahui, pemerintahan Prabowo Subianto resmi mengubah Peraturan Pemerintah (PP) No.36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE). Eksportir diwajibkan untuk menempatkan DHE sebesar 100% di dalam negeri dalam kurun waktu 1 tahun mulai 1 Maret 2025.
Revisi atas Peraturan Pemerintah (PP) No.36 Tahun 2023 ini bakal bertindak untuk sektor mineral dan batu bara, perikanan serta perkebunan seperti kelapa sawit.
"Pemerintah bakal segera merevisi PP no. 36 dan bakal diperlakukan per 1 Maret tahun ini. Sektor minyak bumi dan gas alam itu tidak diikutkan," ungkap Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konvensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (21/1/2025)
Di lain sisi, Musim laporan finansial kuartal IV-2024 dan full year 2024 segera dimulai. Datangnya musim laporan finansial ini diharapkan menjadi angin segar dan semangat baru nan bisa menjadi sentimen positif pasar. Kinerja nan positif bakal menambah kepercayaan diri penanammodal sehingga saham bakal bergerak positif.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bos BEI: Bursa RI Memiliki Daya Saing Tinggi di Tingkat Global
Next Article Investor Waswas Demo Peringatan Darurat, IHSG Sesi II Dibuka Merah