ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Kawasan Uni Eropa dinilai bakal dapat menjadi pasar besar potensial buat ekspor produk Indonesia. Apalagi perjanjian jual beli Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) selangkah lagi bakal rampung dan berlaku.
Menteri Perdagangan Budi Santoso meyakini Benua Biru mempunyai potensi pasar besar. Bahkan jika mau dibandingkan dengan Amerika Serikat, potensi Eropa jauh lebih besar.
Dia memaparkan sampai saat ini Uni Eropa mengimpor barang-barang dari seluruh bumi hingga sebesar US$ 6,6 triliun sendiri. Sementara itu, Amerika hanya mengimpor peralatan senilai US$ 3,3 triliun saja. Artinya, pasar Uni Eropa dua kali lebih besar kapasitasnya daripada AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini pengganti baru ya buat pasar kita ya. Kan import EU itu ke bumi kan US$ 6,6 triliun. Kalau kita bandingkan Amerika kan hanya US$ 3,3 something, triliun ya," sebut Budi dalam keterangannya nan disiarkan virtual oleh Sekretariat Presiden, Minggu (13/7/2025).
Menurutnya, jika Indonesia bisa lebih banyak memanfaatkan pasar jual beli Uni Eropa, tentunya ini bakal baik untuk menggenjot ekspor. Dan jadi pengganti pasar daripada nan sudah ada.
Indonesia sendiri bakal menyelesaikan perundingan perjanjian jual beli Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Hal ini ditandai dengan bertemunya Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Uni Eropa Ursula von der Leyen di Brussel, Belgia.
"Jadi jika kita bisa masuk lebih besar ke EU saya pikir ini pasar nan bagus buat kita untuk pengganti pasar-pasar di negara lain," kata Budi.
Tarif 0% ke Eropa
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan perjanjian ini bakal menjadi capaian baru bagi Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi nan besar di dunia. Rencananya IEU-CEPA bakal diteken dan resmi bertindak pada kuartal III tahun ini.
Dia bilang bisa jadi ekspor produk Indonesia untuk bisa masuk ke Benua Biru bakal dipatok tarif 0% saja. Karena biayanya murah, diharapkan produk Indonesia bisa lebih banyak masuk ke Eropa.
"Ini tentu merupakan sebuah milestone baru di tengah situasi ketidakpastian. Berarti antara Indonesia dan EU itu bakal produk kita bisa masuk ke Eropa dengan tarif nol," sebut Airlangga di kesempatan nan sama.
Berdasarkan keterangan tertulis Kemenko Perekonomian, hubungan ekonomi antara Indonesia dan Uni Eropa terus menunjukkan tren positif dengan nilai perdagangan mencapai US$ 30,1 miliar pada 2024. Neraca perdagangan antara kedua pihak juga tetap surplus bagi Indonesia, dengan peningkatan signifikan dari US$ 2,5 miliar di 2023 menjadi US$ 4,5 miliar pada 2024.
Adapun beberapa komoditas utama nan mendominasi ekspor Indonesia ke Uni Eropa ialah minyak kelapa sawit dan turunannya, bijih tembaga, fatty acids (oleokimia), produk dasar kaki, bungkil kelapa, besi baja, lemak cokelat dan kopra, serta produk berbasis karet dan mesin.
Studi nan dilakukan oleh CSIS (2021) dan Sustainability Impact Assessment oleh Komisi Eropa (2020) memperkuat optimisme terhadap faedah ekonomi IEU-CEPA bagi Indonesia.
Diproyeksikan bahwa PDB Indonesia bakal tumbuh sebesar 0,19%, dengan tambahan pendapatan nasional mencapai USD2,8 miliar, dan ekspor Indonesia berpotensi meningkat hingga 57,76% dalam tiga tahun ke depan setelah perjanjian jual beli itu berlaku.
(kil/kil)