Peran Jualan Live Hingga Qris Tingkatkan Kredibilitas Pengusaha Anggrek

Sedang Trending 4 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Pukul 13.00 WIB adalah waktu rutin bagi Brian Sinaga, pengusaha anggrek di Taman Anggrek Ragunan, untuk siaran live memasarkan produknya. Siaran dilakukan di media sosial maupun marketplace.

Ketika detikaicom berjamu ke tokonya pada Jumat (28/2) lalu, waktu tetap menunjukkan pukul 10.00 WIB. Belum ada aktivitas live selling. Namun, terlihat puluhan pot anggrek bulan sedang ditempeli resi untuk pengiriman.

"Itu nan sudah ditempeli resi hasil jualan live streaming nan kemarin," jelas Brian sembari menunjuk sederet anggrek bulan berkelopak putih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat membuka usahanya pada 2022, Brian tidak langsung menjajal metode live selling ini. Dia hanya mengandalkan promosi melalui WA dan kolega-koleganya.

"Awal buka toko paling hanya di status WhatsApp, nggak pernah live streaming. Nah, jika sehari dulu paling output-nya sekitar 10-20 tangkai sehari," kata Brian.

Setelah mencoba live selling, Brian mengaku penjualannya melonjak drastis. Dalam sekali live saja, anggreknya bisa langsung 100-140 tangkai. Belum termasuk nan dijual offline di toko Ragunan dan kebun Ciater.

"Totalnya bisa 200-an tangkai sehari. Meningkat jauh. Buat menambah pasar dan customer kita juga, baru bisa setelah live streaming," ujarnya bangga.

Awalnya Brian turun tangan sendiri melakukan live selling. Dia juga nan mengatur pengemasan dan pengiriman. Namun, lantaran merasa kewalahan, akhirnya dia mempekerjakan orang unik untuk pengemasan dan live selling.

Live selling dimulai pukul 13.00 WIB hingga 21.00 WIB. Tidak melangkah nonstop, melainkan dibagi jadi tiga sesi. Satu sesi biasanya berjalan dua jam, kemudian ada rehat satu jam.

"Kita biasa ngejarnya itu di sore dan malam hari," tuturnya.

Rutinitas itu tidak hanya berjalan di toko Ragunan saja. Brian juga mengadakan live selling di kebun sewaannya di Ciater. Di depan kebunnya terdapat semacam showroom untuk display anggrek-anggreknya.

"Jadi memang pakai dua akun. Satunya di marketplace, satunya di media sosial," jelas Brian.

Cara serupa juga dilakukan Rangga Ferdiansyah. Pengusaha nan menempati kavling 1 di Taman Anggrek Ragunan ini juga rutin menyiarkan live selling setiap pukul 13.00 WIB. Jam tersebut dipilih setelah memandang perilaku konsumennya. Kebanyakan lebih memilih menonton live mulai siang hari.

Dibandingkan Brian, Rangga memulai live selling lebih dulu, ialah pada 2022. Rangga mengaku saat itu upayanya berdagang secara online tidak langsung menunjukkan hasil. Namun, mau tidak mau dia kudu mencoba lantaran penjualan offline saja tidak cukup.

"Mulainya sekitar September-Oktober 2022. Waktu itu penjualan offline lagi agak mampet. Barang anggrek ini kan makin lama makin kurang bagus, jadi kita butuh sebelum hancur banget gimana nih caranya agar bisa terjual? Akhirnya saya nyoba ke online," tuturnya.

Rangga mencoba menjadi host sendiri di awal-awal live selling. Penontonnya hanya 2-3 orang. Rangga pun berupaya menggunakan sistem koin untuk menambah penonton. Setelah lumayan ramai, Rangga malah merasa cukup kerepotan.

"Repotnya begitu ada orang datang ke toko pas kita lagi nge-host, live-nya kudu ditinggal. Saya mesti nambah orang, berfaedah kan butuh budget lagi buat packing dan sebagainya," ceritanya.

Dari situ, dia pun membikin target. Jualan lewat live kudu menghasilkan output minimal 35 paket alias 70 tangkai anggrek sehari, agar mendapat margin untung dan semua pekerjanya bisa digaji layak tiap akhir bulan.

QRIS Tingkatkan Kepercayaan Konsumen

Digitalisasi tak hanya bertindak dalam metode pemasaran, tetapi juga pembayaran. Baik Brian maupun Rangga tadinya hanya mengandalkan transaksi melalui transfer alias duit tunai.

Sejak menjadi pengguna KUR BRI, Rangga mendapat QRIS nan dipasang di rak tokonya. Menurut Rangga, QRIS cukup membantu penjualan langsung meski jumlah visitor tidak begitu banyak. Sementara untuk konsumennya di live selling, biasanya langsung bertransaksi dengan dompet digital.

"Nanti penginnya semua satu kompleks (Taman Anggrek Ragunan) ini mau bikin QRIS, lantaran kita ada organisasi pedagang juga," lanjutnya.

Sementara itu, Brian mengaku sangat terbantu dengan adanya QRIS. Biasanya dia bertransaksi via transfer. Menurutnya, langkah itu tetap cukup merepotkan lantaran dia kudu memberi nomor rekening dulu. Ada akibat pelanggannya keliru mencatat nomor rekening.

"Memang udah banyak nan nanyain dari jauh-jauh hari, 'Ada QRIS nggak?' Kita belum adain memang. Setelah kemarin pinjam ke BRI, sekalian lah kita buat lantaran memang udah ada permintaan customer," jelasnya.

Brian betul-betul merasakan faedah QRIS lantaran orang makin jarang bertransaksi dengan cash. Menurutnya, keberadaan QRIS juga bisa meningkatkan kredibilitas pelaku upaya di mata konsumen.

"Kalau transfer masukin nomor rekening kan tetap bisa salah, jika QRIS nggak mungkin salah lantaran tinggal scan. Penjualan sih naik turun aja, tapi QRIS lumayan meningkatkan kepercayaan orang lantaran di sini lengkap, sampai QRIS pun ada," imbuhnya.

Digitalisasi Bukan Pilihan, tapi Keniscayaan

BRI pun sekarang terus menggalakkan transaksi digital kepada para nasabahnya. Pelaku UMKM diberi training agar semakin familier dengan penjualan secara online. Selain itu, mereka juga diharapkan melakukan transaksi menggunakan mobile banking seperti BRImo.

Pimpinan Cabang BRI KC Pasar Minggu Mochammad Syarief Budiman menilai digitalisasi bagi pengguna di perkotaan tetap tergolong mudah. Sebab, rata-rata mereka sudah melek IT.

"Pada saat digitalisasi itu disampaikan dengan fitur nan user friendly, mereka mudah mengikuti," kata Syarief ditemui detikaicom di kantornya, Jumat (7/3) lalu.

Menurut Syarief, digitalisasi merupakan keniscayaan dan bukan pilihan. BRI juga mempunyai PR untuk ikut berkedudukan mensosialisasikan digitalisasi ke seluruh lapisan masyarakat, apalagi kepada masyarakat nan sudah lanjut usia dan belum fasih menggunakan teknologi.

"Digitalisasi ini sesuatu nan kudu kita hadapi dan kita kudu adaptasi, jadi bukan pilihan. Ada plus minusnya, tapi banyak plusnya. Kita menyampaikan itu ke pengguna sebagai bagian dari inklusivitas informasi," lanjutnya.

Syarief memaparkan beragam kemudahan menggunakan BRImo, seperti kemudahan transaksi dengan QRIS, mengurangi akibat mendapat duit palsu, hingga sesimpel mengecek saldo tanpa kudu ke ATM.

"Tapi kita sampaikan juga mengenai risiko-risiko nan muncul. Ada skimming, phishing, social engineering. Literasi mengenai digitalisasi termasuk BRImo, EDC, dan QRIS ini terus kita lakukan untuk membangun pemahaman dan mendukung kelancaran upaya mereka," pungkasnya.

Simak juga Video: QRIS Tap Baru Bisa di Android, Kenapa Apple Belum?

(des/hns)

Selengkapnya