ARTICLE AD BOX
detikai.com, Jakarta - Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) dipimpin langsung oleh Imam Besar Masjid Istiqlal nan juga Menteri Agama Republik Indonesia (RI), Nasaruddin Umar, menginisiasi kerjasama strategis meluncurkan Program Peduli Thalasemia.
Kegiatan tersebut diadakan di ruang VVIP Masjid Istiqlal, Taman Wijayakusuma, Jakarta Pusat, Jumat (25/4/2025).
Dalam aktivitas tersebut dihadiri Ketua Pembina Yayasan Salman Peduli Berkarya, Heikal Safar berbareng Ketua Yayasan Salman Peduli Berkarya, Nofalia Heikal juga selaku Ketua Umum Gerakan Dapur Indonesia (Ketum Garuda).
Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar menyampaikan, pentingnya masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah. Tetapi juga sebagai pusat edukasi dan jasa sosial masyarakat, termasuk dalam rumor kesehatan.
“Masjid tak hanya menjadi tempat ibadah, tapi juga pusat peradaban dan kepedulian terhadap sesama. Kami berambisi kerjasama ini membawa akibat nyata bagi generasi muda bangsa,” kata Nasaruddin nan juga Imam Besar Masjid Istiqlal.
Nasaruddin menjelaskan bahwa program ini turut mengedepankan prinsip legal dan thayyib pada produk herbal nan mendukung terapi thalasemia, seperti BRAZ 131.
"Kami memastikan keamanan, kehalalan, dan kebermanfaatan produk. Sinergi riset dan penemuan legal di bagian farmasi bakal menekankan aspek etika, kemaslahatan, dan keberlanjutan,” jelasnya.
Sinergi
Dalam kesempatan ini, Ketua Pembina Yayasan Salman Peduli Berkarya, Heikal mengatakan, Program Peduli Thalasemia ini merupakan hasil sinergi antara Istiqlal Halal Center (IHC) nan dikomandani Nur Khayin Muhdlor, Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI) diwakilkan Adang Fisrmansyah, dan Yayasan Thalassaemia Indonesia (YTI) melalui perwakilannya Oktariono Hendratama.
Kegiatan juga dihadiri tokoh masyarakat dan perwakilan lembaga alias organisasi, seperti organisasi miliknya ialah Gerakan Indonesia Mandiri dan lembaga milik Nofalia Heikal, Yayasan Salman Peduli Berkarya.
"Begitu pula datang perwakilan Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia Indonesia (POPTI)," kata Heikal.
Lebih lanjut, Heikal mengungkapkan, dalam aktivitas tersebut ditandai peluncuran simbolis Program Skrining dan Edukasi Thalasemia, nan menyasar 3.000 peserta pada tahap awal.
Para peserta bakal mendapatkan jasa skrining genetik serta edukasi pencegahan penyakit nan jumlah penderitanya terus meningkat di Indonesia.
Berdasarkan info tahun 2024, jumlah kasus thalasemia di Indonesia telah mencapai lebih dari 13.000, dengan konsentrasi tertinggi di Jawa Barat, khususnya kota Bandung.
"Peluncuran ini juga menandai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara lembaga-lembaga mengenai untuk memperkuat kerja sama jangka panjang dalam integrasi nilai-nilai legal ke dalam sistem jasa kesehatan. Program bermaksud menggabungkan pendekatan iman, ilmu, dan tindakan sosial dalam menciptakan ekosistem legal inovatif dan inklusif," ungkap Heikal.
Dengan semangat kebersamaan dan kerjasama lintas sektor, Program Peduli Thalasemia menjadi langkah konkret dalam membangun masa depan Indonesia lebih sehat dan berkeadilan, dengan masjid sebagai titik sentral aktivitas sosial dan spiritual bangsa.
Generasi Indonesia Sehat
Sementara, Direktur IHC, Nur Khayin Muhdlor menekankan pentingnya peran kolaboratif beragam pihak dalam pencegahan thalasemia.
"Program ini bukan sekadar langkah medis, tapi sebuah aktivitas kemanusiaan nan menyatukan iman, ilmu, dan tindakan sosial,” ujar Nur.
“Mari kita berbareng wujudkan generasi Indonesia sehat, cerdas, dan bebas thalasemia dalam ekosistem legal nan inovatif dan inklusif,” pungkas Nur.