ARTICLE AD BOX
-
-
Berita
-
Politik
Minggu, 6 April 2025 - 19:46 WIB
Jakarta, detikai.com - Langkah politik Presiden RI Prabowo Subianto nan dinilai sudah siap dan berpikir jauh ke depan mengenai manuver perang jual beli nan digaungkan Presiden AS Donald Trump. Pemerintah RI era Prabowo mesti siap dengan perang jual beli nan jadi medan 'pertempuran baru' geopolitik internasional.
Pengamat pertahanan sekaligus Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan Indonesia mesti menyiapkan strategi pertahanan nasional dengan adanya pemberlakuan tarif jual beli baru.
Menurut dia, medan perang baru di bumi saat ini bukan lagi sekadar persoalan pembangunan alias pertumbuhan.
Namun, kata dia, perihal itu sudah menyangkut geopolitik nan kian 'brutal' dan tanpa ampun. Ia bilang dalam lanskap ini, ekonomi bukan lagi sekadar urusan nomor alias pasar, melainkan bagian integral dari strategi pertahanan nasional.
“Presiden Prabowo sudah berpikir jauh ke depan untuk menjadikan ekonomi sebagai fondasi pertahanan nirmiliter nan menyatu dengan sistem keamanan nasional,” kata Fahmi dalam keterangannya, Minggu, 6 April 2025.
Presiden RI Prabowo Subianto dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat, 21 Maret 2025 (sumber foto: Cahyo - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Photo :
- detikai.com.co.id/Yeni Lestari
Pun, dia menuturkan langkah Prabowo lainnya seperti hilirisasi industri strategis, pembangunan lumbung pangan, dan insentif industri nasional tak boleh dipandang sebagai proyek sektoral semata.
Bagi dia, perihal itu sebagai gedung awal dari tembok ketahanan nasional nan bakal menentukan nasib Indonesia dalam puluhan tahun ke depan.
“Sejak awal, pemerintahan Prabowo tidak hendak membiarkan ekonomi kita hanya menjadi penyangga pertumbuhan global. Sektor strategis hendak ditransformasi menjadi pilar ketahanan nasional: dari industri pertahanan, pangan, energi, hingga teknologi," lanjut Fahmi.
Dia menuturkan pemberlakuan tarif tinggi dari AS juga jadi pengingat bahwa dalam kejuaraan global, kekuatan ekonomi adalah cermin dari kekuatan negara.
Dengan demikian, kebijakan ekonomi Indonesia ke depan mesti didesain sebagai strategi geopolitik. Sebab, perihal itu bukan hanya untuk tumbuh, tapi untuk memperkuat dan memimpin.
Ia menyampaikan diplomasi politik internasional pemerintah melalui sektor perdagangan kudu diperkuat. Cara itu bukan hanya untuk membuka pasar, tetapi untuk lobi dalam menegosiasikan posisi Indonesia secara strategis dalam rantai nilai global.
Bagi dia, saat ini Prabowo seperti tak sedang bermaksud membangun sektor ekonomi nan sekadar kompetitif secara pasar. Tapi, dia menganalisa kemauan Prabowo agar Indonesia bisa berdaulat secara strategis.
"Dari hilirisasi hingga digitalisasi, dari pertanian modern hingga penguatan industri pertahanan—semuanya adalah bagian dari sistem pertahanan nasional nan holistik. Visi ini memerlukan konsistensi, ketegasan birokrasi, dan support kolektif dari seluruh komponen bangsa,” jelasnya.
Lebih lanjut, dia menuturkan perlu sinergi antara kementerian pertahanan, luar negeri, sektor ekonomi nan mesti dipercepat. Ia menyampaikan demikian agar kebijakan tak melangkah dalam silo dan fragmentasi.
"Di tengah bumi nan makin saling bergantung, justru ketergantungan nan tidak seimbang bakal menjadi kerentanan baru,” ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Dia menuturkan pemberlakuan tarif tinggi dari AS juga jadi pengingat bahwa dalam kejuaraan global, kekuatan ekonomi adalah cermin dari kekuatan negara.