Korban Keracunan Makan Bergizi Bisa Ditanggung Asuransi

Sedang Trending 7 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Badan Gizi Nasional (BGN) menyampaikan korban keracunan dari program makan bergizi cuma-cuma (MBG) dapat ditanggung asuransi. Hal ini dikarenakan BGN telah bekerja sama dengan Puskesmas setempat untuk menanggung biaya pengobatannya.

Hal ini disampaikan oleh Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional, Tigor Pangaribuan saat merespon mengenai ratusan pelajar di Bogor, Jawa Barat mengalami keracunan dengan dugaan lantaran menu Makan Bergizi Gratis (MBG). Tigor mengatakan, timnya langsung mengambil tindakan untuk mengetahui penyebabnya dengan melakukan uji lab mulai dari bahan serta makanan nan dimasak.

Lalu, pihaknya memberikan teguran peringatan kepada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) nan bertanggung jawab dalam pengelolaan makanan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika terjadi seperti ini kami itu biasa langsung ambil tindakan. Satu, cek sampel makanannya, betul enggak? Ini sah enggak? Memang betul dari makanannya gitu kan. Sampel makanan selalu ada. Kalau memang sah itu sampel makanan, misalnya ada tongkol nan kurang baik. Maka kami melakukan teguran keras itu kepada Satuan Pelayanan jika melakukan perihal tersebut," kata Tigor dalam keterangannya, dikutip Selasa (13/5/2025).

Kepada korban, BGN tetap bakal bertanggung jawab dalam penanganan medis dan pembiayaannya. Tigor menerangkan pihaknya telah bekerja sama dengan Puskesmas setempat untuk menanggung seluruh biaya pengobatan.

"Kemudian nan kedua, nan menjadi korban, diberikan asuransi untuk bayar biaya kesehatannya. Kita bekerja sama dengan Puskesmas (menanggung) seluruh biaya pengobatan itu oleh BGN," lanjut Tigor.

Kemudian SPPG-nya sendiri bakal diberikan lagi training terutama bagian penjamah makanan sehingga mencegah tidak terjadi lagi keracunan akibat MBG. Selain itu, BGN bakal menyetop pemasok bahan makanan tersebut andaikan ditemukan ketidaksegaran alias kejanggalan lainnya.

"Penjamah makanannya nan dia kurang waspada dalam membeli bahan makanan. Membeli bahan makanan kan itu dengan supplier ya. Nah dia kudu cek supplier itu dari mana dia dapatnya. Kalau sumbernya itu dari bahan makanan, jadi bahan makanannya kudu kita cek dari mana asal supplier-nya. Begitu kita tahu suppliernya maka kita bakal berikan teguran ke supplier tersebut. Kalau dia tidak ada perbaikan kita stop supplier tersebut," jelas Tigor.

Tigor menambahkan, misi Presiden Prabowo Subianto adalah agar penyelenggaraan Program MBG ini sebisa mungkin tidak terjadi lagi kasus keracunan dan itu juga menjadi angan BGN. Pihaknya terus berupaya agar kejadian ini tidak terulang lagi.

"BGN itu sangat mau menjalankan makan bergizi ini dengan zero accident, dengan zero kasus keracunan, ini menjadi misi kami sebenarnya misi pak presiden juga. Bayangin ini 1.200 (dapur MBG). Jumlah pengawas kita ini hanya 3 direktur. Dan juga saat ini, hanya sekitar dua puluhan pegawai kita. Nah tentu kita sangat berambisi jikalau ada kasus-kasus nan dianggap ya itu dari bahan pangan, makanya kudu kita teliti dulu. Sebenarnya setiap SPPG itu kan ada mahir gizi, ada SPPI. Ahli gizinya itu dulu kita tanya sebenarnya seperti apa? Gitulah kira-kira prosesnya," terang Tigor.

Sebelumnya, siswa nan mengalami keracunan diduga usai mengonsumsi makan bergizi cuma-cuma (MBG) di Kota Bogor, Jawa Barat, bertambah. Terbaru, total sebanyak 223 siswa TK hingga SMA tercatat mengalami keracunan.

"Korban nan terdata hari ini sebanyak 9 orang, sehingga total korban menjadi 223 orang," kata kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, Selasa (13/5/2025).

Data tersebut tercatat hingga hari Senin (12/5) kemarin, berasas penyelidikan epidemiologi lanjutan terhadap 13 sekolah. Sebanyak lima orang menjalani rawat inap dan empat orang lainnya menjalani rawat jalan.

(rea/eds)

Selengkapnya