Komisi Iii Dpr Panggil Mantan Pemain Oriental Circus Indonesia Dan Taman Safari Hari Ini

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

detikai.com, Jakarta - Komisi III DPR memanggil mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) dan pengelola Taman Safari, mengenai kasus dugaan pemanfaatan dan kekerasan para pemain sirkus pada hari ini, Senin (21/4/2025).

Wakil Ketua Komisi III DPR RI Rano Alfath menyebut rapat bakal digelar pukul 14.00 alias 15.00 WIB. "(Hari ini) jam 3 rencananya kita panggil," kata dia, Senin.

Menurut Rano, rapat untuk mendalami kasus tersebut agar terbuka lebar duduk persoalannya. "Soal OCI itu kan kita mau perdalam saja, masalahnya apa. Terus memang kok, apakah betul ada kekerasan di dalamnya, kelak itu dibuka di situ semua," kata dia.

Sebelumnya, Anggota Komisi III DPR RI Fraksi PKB Abdullah menyoroti kasus pemanfaatan dan kekerasan nan dialami mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI). Dia meminta pihak kepolisian memeriksa Taman Safari Indonesia, nan menjadi tempat mereka tampil. Pelaku kejahatan itu kudu ditindak secara hukum.

Abdullah mengaku prihatin sejumlah mantan pemain sirkus OCI saat mengadu ke instansi Kementerian HAM, Jakarta, Selasa 15 April 2025.

"Kejahatan itu tidak boleh dibiarkan. Jangan ada pemanfaatan dan kekerasan terhadap para pekerja. Itu jelas melanggar hukum," kata Abdullah dalam keterangannya, Kamis (17/4/2025).

Dia meminta pihak kepolisian untuk mengusut kasus dugaan pemanfaatan dan kekerasan bentuk itu. Mabes Polri bisa memeriksa Taman Safari Indonesia nan menjadi tempat para pemain sirkus itu tampil.

Minta Polisi Serius Usut

Menurut dia, pemeriksaan terhadap manajemen Taman Safari Indonesia perlu dilakukan agar diketahui seperti apa sebenarnya kasus itu terjadi. Taman Safari juga kudu secara terbuka dan jujur menyampaikan keterangan mereka.

"Jangan ada nan ditutup-tutupi. Taman Safari kudu terbuka agar kasus itu semakin terang. Apalagi kekerasan itu sudah berjalan bertahun-tahun. Ini tidak boleh dibiarkan," bebernya.

Menurutnya, selain Taman Safari, polisi juga bisa memeriksa pihak-pihak mengenai nan terlibat dalam pengelolaan sirkus dan juga mantan pemain sirkus nan mengaku menjadi korban kekerasan dan eksploitasi.

Abdullah meminta pihak kepolisian serius mengusut kasus itu, lantaran sebelumnya polisi pernah mengangani kasus tersebut, tapi dihentikan. Kali ini, polisi kudu mengusutnya secara tuntas.

"Polisi kudu membongkar kasus itu secara terang. Proses penyelidikan kudu dilakukan secara ahli dan transparan," tegas Abdullah.

Pendiri Oriental Circus Indonesia Bantah Tudingan Siksa dan Setrum Pemain

Tudingan penyiksaan nan dialami para mantan pemain Oriental Circus Indonesia (OCI) ditepis langsung oleh Pendiri Oriental Circus Indonesia (OCI), Tony Sumampau. Dia menegaskan, pihaknya sama sekali tidak melakukan tindakan kekerasan seperti nan dituturkan oleh para mantan pemain sirkus tersebut.

Dia mengakui pada masa itu, training di OCI memang mengedepankan disiplin ketat, di mana hukuman berupa rotan digunakan untuk mengoreksi kesalahan para pemain dalam pelatihan.

"Saya pikir sama dengan kita melatih senam, melatih olah raga, melatih bela diri, apa sama itu? jika kita salah pasti gurunya bakal koreksi dengan keras ya. Karena itu hasilnya mencelakakan diri sendiri, dalam salto alias apa, jika salah kan bahaya. Jadi memang kudu tertib," ujar dia saat ditemui di area Jakarta Selatan, Kamis (17/4/2025).

"Disiplin itu kan kudu ada. Seorang atlet kudu begitu, baru dipuji pada saat dia main. Dia kan bangga juga kan ditepok tangan pengunjung," sambung dia.

Dia menerangkan, training sirkus kudu menerapkan disiplin ketat, mirip dengan latihan olahraga lainnya. Dia menegaskan, meskipun terkadang latihan terasa keras, perihal itu dilakukan untuk menjaga keselamatan dan meningkatkan kualitas aktivitas para pemain.

Pernyataan ini diungkapkan setelah beberapa mantan pemain OCI, seperti Fifi Nur Hidayah, mengungkapkan pengalaman pahitnya. Namun, Tony menilai pengakuan tersebut terkesan dilebih-lebihkan.

"Pasak berat, pegang dua tangan aja udah berat, mau ngayun lebih susah. Pakai kayu mini aja mukulnya lebih enak. Jadi itu hanya khayalan aja sih saya pikir," ujar dia.

Sebut Hanya Cari Sensasi

Tony juga menanggapi klaim mengenai penyetruman nan disebutkan oleh beberapa mantan pemain OCI sebagai corak hukuman. Dia tegas membantah.

"Saya pikir konteksnya sudah sangat berbeda, jika disetrum nggak mungkin orangnya tetap hidup, jika disetrum sudah out," ucap dia.

Menurutnya, apa nan dikatakan oleh para korban mengenai penyetruman lebih mengarah pada upaya menciptakan sensasi.

"Oh iya pasti lah, ini kan untuk membikin sensasi ya. Kalau sstrum mau pakai setrum apa? jika kita setrum pakai setrum rumah pasti nempel, gimana lepasnya lagi, nan bantu dia juga bakal nempel juga. Jadi ya mungkin sensasi ya," ucap dia.

Respons Taman Safari Indonesia

Kepala Media dan Digital Taman Safari Indonesia Finky Santika menegaskan, Taman Safari Indonesia Group tidak mempunyai keterkaitan, hubungan bisnis, maupun keterlibatan norma dengan para mantan pemain sirkus nan diduga mengalami kekerasan.

"Perlu kami sampaikan bahwa Taman Safari Indonesia Group adalah badan upaya berbadan norma nan berdiri secara independen dan tidak terafiliasi dengan pihak nan dimaksud," ujar dia.

Finky menegaskan, persoalan tersebut berkarakter pribadi dan tidak ada kaitannya dengan Taman Safari Indonesia Group secara kelembagaan.

"Namun kami berambisi agar nama dan reputasi Taman Safari Indonesia Group tidak disangkutpautkan dalam persoalan nan bukan menjadi bagian dari tanggung jawab kami terutama tanpa bukti nan jelas lantaran dapat berimplikasi kepada pertanggung jawaban hukum, ucap dia.

Taman Safari Indonesia Group selalu berkomitmen untuk menjalankan aktivitas upaya dengan mengedepankan prinsip Good Corporate Governance (GCG), kepatuhan hukum, serta etika upaya nan bertanggung jawab.

"Selama lebih dari 40 tahun, kami senantiasa mengutamakan. konservasi, edukasi, dan pelayanan terbaik bagi masyarakat Indonesia dan mancanegara," ucap dia.

Finky membujuk masyarakat untuk bersikap bijak dalam menyikapi info nan beredar di ruang digital.

"Dan tidak mudah terpengaruh oleh konten nan tidak mempunyai dasar kebenaran maupun keterkaitan nan jelas," tandas dia.

Selengkapnya