Kisah Pedagang Atribut Persija Rintis Bisnis Sejak Smp

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Hari tetap sore, sejumlah suporter tim Persija terus berdatangan untuk menyaksikan laga big match antara Persija vs Persebaya di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Sahut-sahutan yel-yel dari suporter terdengar nyaring, di sela-sela bunyi terdengar para pedagang atribut Persija menawarkan peralatan dagangannya.

Dari belasan lapak atribut Persija, detikaicom menyambangi salah satu lapak berjulukan Virus Orange milik Egat alias nan beken disapa Poliks. Ia mengaku sudah menjajakan atribut Persija sejak tim Macan Kemayoran itu berkompetensi di Lebak Bulus sekitar tahun 2007 - 2008, saat itu dia tetap duduk di kelas 1 SMP.

"Bicara dagang, gue udah jual beli dari SMP kelas 1 sampai sekarang punya anak dua. Dagang (atribut) Persija dari jaman stadion Lebak Bulus tahun 2007-2008, awal-awal setoran jika sekarang bikin sendiri di rumah produksi," ujar Egat disela-sela berbisnis atribut Persija, di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (12/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah produksi atribut Persija itu sukses dia dapat usai menabung saat dirinya tergabung dalam ojek online, tahun 2015 duit Egat terkumpul senilai Rp 88 juta langsung dia ubah menjadi mesin produksi untuk membikin atribut Persija.

Tak puas mempunyai satu outlet, Egat sempat membuka empat outlet lain di sejumlah wilayah di Jakarta seperti Jagakarsa, Kebagusan, Kampung Jawa dan Pasar Minggu. Namun laki-laki nan sempat mendapatkan KUR BRI itu menyebut banyaknya outlet tak membikin omzetnya terbang karena kebanyakan Jakmania datang langsung ke outlet utama nan dijaga olehnya.

"Dulu membuka upaya sendiri gue pakai duit sendiri bang, dan gue bangga jadi tukang ojek sampe sekarang gue tetap bangga lantaran bisa punya outlet sendiri duit dari ojek. Pertama awal - awal modal Rp 88 juta dari hasil narik, dulu kan 2015 tetap belum banyak ojek online," lanjut Egat.

Menjadi pengusaha atribut Persija telah dia raih, namun sebetulnya Piloks merupakan jebolan Sekolah Sepak Bola (SSB) Jayakarta nan dibina H Memet. Egat tetap satu angkatan dengan punggawa Persija seperti Andritany, Ramdani Lestaluhu hingga Hasim Kipuw.

Kiprah Egat terhenti usai mengikuti pembinaan usia 15 dan usia 18, dirinya nan saat itu berposisi sebagai pemain depan ini mempunyai kelebihan diatas rata-rata ialah kecepatan lari. Namun sembari tersenyum dirinya tak dapat melanjutkan cita-citanya lantaran keterbatasan biaya.

"Emang cita-cita gue dari dulu kan emang pemain bola Persija, hanya kan lantaran gue kandas minimal gue punya toko Persijanya, gue dulu di U15 sama U18 doang gue jebolan SSB Jayakarta saat pelatihnya almarhum H Memet. Bareng Anditany, Hasim Kipuw, Ramdani Lestaluhu itu bareng sama gue di Ragunan, hanya mereka lupa dan memang nggak deket kan tetap seleksi-seleksi dulu," ujar Egat.

Kebanggaanya bakal klub Persija Jakarta dia salurkan melalui atribut Persija nan dia jual kepada fans, penjualan tertinggi dia raih saat Persija meraih gelar juara Liga 1 tahun 2018. Saat itu omzetnya tembus Rp 10 juta dalam satu hari.

Omzet besar itu bukan omong kosong, lapak atribut Persija lainnya juga turut meningkat saat tahun 2018. Salah satunya gerai Gilasoriginal milik Gilang, laki-laki asal Bekasi itu awalnya merupakan Jakmania nan datang untuk mendukung tim Persija. Namun animo Jakmania nan bertambah setiap tahunnya membuka mata Gilang untuk menggelar lapak atribut seperti Egat.

"Awalnya gue hanya kegemaran nonton-nonton (pertandingan) aja belom ada kepikiran buka-buka store kaya gini hanya berjalannya waktu kayaknya ada kesempatan upaya nan bisa dijadikan pekerjaan," ucap Gilang saat membuka lapaknya di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (12/4/2025).

Pria nan membuka lapak sejak tahun 2010 itu menjual beragam atribut Persija mulai dari syal, kaos, jersey, namun kiosnya cukup dilengkapi juga dengan atribut Timnas Indonesia. Gilang juga menyebut membuka usahanya dengan modal Rp 10 juta.

Sama seperti toko Virus Orange, gerai milik Gilang justru menyentuh omzet tertingginya saat Persija mendapatkan gelar juara tahun 2018. Kala itu Gilang mendapatkan omzet Rp 30-40 juta perbulan, dia juga menyebut prestasi Persija turut membantu pendapatannya.

"Pendapatan terbesar jual beli lagi enak-enaknya pas Persija juara 2018, jadi prestasi Persija sangat ngaruh saat itu (2018) per bulan bisa sampai Rp 30 - 40 juta, autopilot sih jual beli kalo Persija juara," lanjut Gilang.

Bukan hanya Persija, nyawa pedagang atribut seperti Egat dan Gilang juga didukung oleh terselenggaranya Liga 1 nan didukung BRI dengan nama BRI Liga 1. Kompetisi nan diikuti oleh 18 klub terbaik Indonesia ini menyajikan 34 pekan pertandingan nan digelar sejak 9 Agustus 2024 hingga 24 Mei 2025. Bukan hanya di Jakarta saja, para pedagang atribut klub sepak bola ini tentu berambisi agar BRI Liga 1 terus melangkah lancar.

Dengan tetap berjalannya BRI Liga 1 para pedagang dapat menggelar lapak saat pertandingan tim kebanggaannya, dalam satu pertandingan biasanya bakal dihadiri oleh ribuan suporter nan datang ke stadion dengan itu membuka kesempatan para pedagang untuk mendulang rezeki.

(hns/hns)

Selengkapnya