ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Pemerintah terus berupaya dalam peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) nasional. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan sesuai dengan perintah Presiden Prabowo Subianto dalam Asta Cita, sasaran strategis bagi produksi minyak nasional bakal tercapai pada 2029.
"Arahan Bapak Presiden Prabowo, meminta kepada kita (ESDM), pada tahun 2029 minimal 900 ribu barel oil per day hingga 1 juta bopd (barel minyak per hari)" ujarnya, dalam keterangannya, dikutip Kamis (1/5/2025).
Hal ini dikatakan saat melakukan kunjungan kerja ke Lapangan Senipah-Peciko-South Mahakam (SPS) milik PT Pertamina Hulu Mahakam dan akomodasi Onshore Receiving Facility (ORF) milik ENI Muara Bakau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kunjungan tersebut untuk memantau secara langsung dan mengevaluasi perkembangan produksi migas di lapangan guna memastikan sasaran lifting migas nasional melangkah sesuai nan telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.
"Lifting minyak kita sekarang kan hanya 580 ribu barel per day dan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita 605 ribu barel per day di tahun 2025. Dan Insya Allah bakal bisa mencapai apalagi melampaui sasaran dari apa nan dicanangkan dalam APBN," ungkap Bahlil.
Lapangan SPS sendiri merupakan bagian integral Wilayah Kerja (WK) Mahakam, dengan perjanjian bertindak sejak 1 Januari 2018 hingga 31 Desember 2037. PT Pertamina Hulu Mahakam memegang 90% partisipasi, sementara 10% sisanya dikelola PT Migas Mandiri Pratama Kutai Kalimantan Timur--berdasarkan perjanjian pengalihan dan pengelolaan nan ditandatangani pada 17 Juli 2019.
WK Mahakam membentang seluas 3.266 km2 dan meliputi beberapa lapangan gas serta minyak, didukung oleh enam akomodasi utama. Hingga Maret 2025, rata-rata lifting Lapangan SPS mencapai 25.000 barel minyak dan kondensat per hari serta 399 juta standar kaki kubik gas per hari. Sejak 2018 hingga kuartal I 2025, total bagi hasil nan disalurkan kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) telah mencapai sekitar US$ 207,5 juta.
Bahlil juga menyoroti bahwa peningkatan produksi migas tidak hanya berjuntai pada pengembangan lapangan baru, tetapi juga pada optimasi sumur-sumur lama (idle well).
Pemerintah menegaskan sejumlah sumur tua nan sebelumnya diperkirakan mengalami penurunan justru bisa meningkatkan produksi dengan support teknologi di lapangan, seperti penerapan Enhanced Oil Recovery (EOR).
(rrd/rrd)