ARTICLE AD BOX
Jakarta, detikai.com - Di tengah berkembangnya jasa streaming digital, muncul pertanyaan, apakah platform seperti Netflix dan Vidio menjadi 'pembunuh' bioskop di Indonesia?
Ruben Hattari, Direktur Urusan Global Netflix Asia Tenggara, menjelaskan bahwa Netflix tidak mempunyai strategi unik untuk bersaing dengan bioskop.
Sebaliknya, kedua ekosistem ini diklaim saling melengkapi dan mendukung industri layar secara keseluruhan.
"Kami tidak merasa perlu merebut pangsa pasar bioskop lantaran kenyataannya kami justru bisa hidup berdampingan dengan baik.," ujar Ruben dalam US Business For Indonesia: Creative Economy Forum, di Jakarta, Selasa (17/6/2025).
Ruben juga memaparkan hasil studi akibat ekonomi sektor layar nan menunjukkan potensi pembuatan hingga 200 ribu lapangan kerja di sektor mengenai seperti pariwisata dan fesyen.
"Hasilnya sangat positif, menunjukkan bahwa ini adalah industri yang, jika trennya terus berlanjut, bakal menciptakan sekitar 200 ribu pekerjaan tambahan nan bakal merembet ke luar industri itu sendiri, jadi pariwisata, fesyen, dan hal-hal lain juga," terangnya.
Ia menambahkan, Netflix telah melisensikan sekitar 50 movie Indonesia pada tahun lalu, dan berambisi bisa menambah jumlahnya tahun ini.
"Sebagian besar konten Indonesia kami berasal dari kerja sama lisensi, judul-judul nan masa tayangnya di bioskop sudah berakhir, lampau kami hadirkan kembali di jasa kami," terangnya.
Foto: Direktur Urusan Global Netflix Asia Tenggara, Ruben Hattari dalam US Business For Indonesia: Creative Economy Forum, di Jakarta, Selasa (17/6/2025). (detikai.com/Intan Rakhmayanti)
Direktur Urusan Global Netflix Asia Tenggara, Ruben Hattari dalam US Business For Indonesia: Creative Economy Forum, di Jakarta, Selasa (17/6/2025). (detikai.com/Intan Rakhmayanti)
Senada, Hermawan Sutanto dari Vidio menegaskan bahwa streaming bukanlah pesaing bioskop.
Dengan jumlah layar bentuk nan terbatas, streaming menjadi solusi pengedaran lanjutan.
"Artinya, ketika produksi movie sangat produktif, kapabilitas layar bioskop tetap terbatas. Maka dari itu, streaming bisa menjadi solusi melalui lisensi langsung ke platform digital," ujar Hermawan dalam kesempatan nan sama.
Pandemi Covid-19 juga menjadi bukti bahwa keduanya bisa tumbuh bersama. Ketika bioskop ditutup, jasa streaming mengalami lonjakan penonton.
Namun, pasca pandemi, jumlah tiket bioskop justru meningkat dibanding masa sebelum Covid-19, sementara streaming tetap tumbuh.
"Contoh bagus dari gimana keduanya bisa hidup berdampingan adalah saat pandemi. Ketika lockdown dan bioskop tutup, jumlah pengguna dan jam tonton di platform streaming meningkat," ujar Edwin Nazir, Ketua Asosiasi Produser Film Indonesia.
"Menariknya, pasca pandemi, saat bioskop kembali dibuka, penjualan tiket justru lebih tinggi dibanding sebelum pandemi. Dan di saat nan sama, jumlah pengguna dan jam tonton di platform streaming juga meningkat," pungkasnya.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pendapatan Netflix Tumbuh Double Digit, Tembus US$ 10,5 Miliar di Q1